Pria itu memang tak lagi muda. Dari cara berjalannya terlihat dia baru saja mengalami kecelakaan. Kala ditanya bagaimana kondisi kesehatan oleh tetangga sebelahnya. Spontan ia katakan, “Sudah berdoa, tapi belum ada obat yang jadi solusi.” Padahal, tak ada obat semujarab doa. Lalu mengapa masih ada ragu?
Wajahnya pucat, pandangannya kosong dan detik demi detik berikutnya kalimat yang terucap sebuah harapan namun dibalut ketidakyakinan.
Baca Lagi: Berkah Hidup dengan Berbagi
“Obat sudah, doa sudah, doa apalagi kira-kira agar semua ini bisa segera pergi,” katanya bertanya dengan wajah pesimis.
Sang tetangga hanya bisa tersenyum. Lantas menimpali, “Mungkin ada keberkahan tersendiri atas apa yang bapak alami,” sembari tersenyum mengundang semangat.
Namun kalimat itu tak direspon. Dalam hati pria itu mungkin berkata, “Bukan itu yang kumau jawaban darimu.”
Doa Mesti Disertai Keyakinan
Banyak orang tahu doa itu perlu. Namun tidak sedikit yang menempatkan doa sebatas lafadz, ucapan atau bahkan kebiasaan. Belum didasari keyakinan yang kokoh bahwa Allah akan mengabulkan.
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin [40]: 40).
Ketika doa adalah perintah Allah, lalu kita melakukannya, kemudian Allah tegaskan akan dikabulkan, maka pasti tidak satu pun doa yang dimohonkan kepada-Nya, melainkan pasti dikabulkan.

sholat hakikatnya pun doa maka harus disertai keyakinan kuat
Kebanyakan orang merasa telah berdoa hanya karena dia cukup sering atau bahkan setiap hari memanjatkan doa lantas tidak ada perubahan yang ia alamai atas apa yang diharapkan dari doa-doanya.
Di sini, banyak orang lupa, bahwa doa merupakan media komunikasi langsung hamba dengan Allah yang di sana akan semakin kokoh keyakinan kepada-Nya.
Jadi, orang yang yakin kepada Allah kemudian berdoa kepada-Nya, ia akan merasakan kenikmatan tersendiri dalam hidupnya.
Yaitu kenikmatan berupa ketenangan batin, optimisme yang terawat dan cara berpikir yang sehat. Ini jelas sebuah nikmat yang sangat luar biasa.
Pengabulan
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang Muslim yang berdoa kepada Allah, melainkan Allah mengabulkannya sebagaimana yang ia mohonkan atau dipalinglkan oleh Allah darinya suatu kecelakaan, selama ia tidak mendoakan sesuatu yang mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi.
Kemudian seseorang berkata, ‘Kalau begitu baiklah kami akan memperbanyak doa.’ Nabi SAW pun bersabda, “Allah menerima doa hamba-Nya lebih banyak lagi.” (HR. Tirmidzi).
Dengan demikian tidak patut seorang Muslim ragu apalagi pesimis Allah menjawab atau tidak doa-doanya selama ini. Harus senantiasa yakin dan sabar.
Ingat, para Nabi Allah itu berdoa dan berusaha setiap saat sepanjang hidup. Katakanlah Nabi Zakariya Alaihissalam.
Beliau berdoa agar mendapat keturunan kepada Allah. Kapan doa itu dikabulkan? Saat rambut mulai memutih dan tulang tak lagi kokoh, lahirlah putranya bernama Yahya.
Terus Baca: Jadilah Top Skor Kebaikan
Kalau jujur ditimbang, apakah doa kita selevel derajat, bobot dan cakupannya dengan doa Nabi Zakariya?
Jika yang berat dan tampak tidak ada harapan dapat dibuktikan Allah kepada Nabi Zakariya, mengapa diri masih tidak yakin bahwa Allah Maha Mengabulkan Doa? Jadi, doa adalah cara Allah untuk mengobati sakit dalam jiwa, batin dan ruhiyah seorang hamba. Tak ada obat yang semujarab doa.*