Selama ini sebagian orang mungkin masih beranggapan syukur itu mengucap “Alhamdulillah”. Itu benar, bahkan baik dan itulah ekspresi syukur. Namun bagaimana syukur yang penuh energi?
Ahad pagi saya bertemu dengan Pak Novi. Bermandikan sinar mentari pagi yang begitu bersahabat, kami menikmati momen itu sambil minum kopi dan memakan buah melon organik dari hasil sistem hidroponik. Pak Novi kini punya “profesi” baru, sebagai “petani” hidroponik.
Dalam rangkaian diskusi, sampailah kami membahas tema soal syukur. Soal syukur ini, Pak Novi yang juga gemar membaca dan menulis memberikan satu bukti tentang apa itu energi syukur. Jadi, bukan teori lagi.
Sergap Kesempatan
Syukur itu menyergap setiap kesempatan untuk terus mendaki, menjadikan diri lebih baik dari kemarin, bulan lalu, dan bahkan tahun lalu. “Syukur itu kita berusaha mendaki, karena hidup seperti anak tangga. Kita harus terus berupaya meningkat,” katanya.
Jadi, suatu waktu, Pak Novi sebagai seorang yang kerap menjadi “coach” bagi mahasiswa IT yang ingin mengembangkan kapasitas diri, utamanya dalam bidang IoT di XL menerima beberapa mahasiswa dari berbagai kampus terkenal. Namun, sisi yang menarik ada 3 mahasiswa berasal dari sebuah kampus yang Pak Novi tidak tahu dimana letak kampus itu.
Dari sisi penampilan, 3 mahasiswa dari kampus tidak terkenal itu menggambarkan sosok yang tidak akan serius, apalagi akan berhasil. Namun, Pak Novi menerima dengan sepenuh hati.
Waktu berjalan, 3 mahasiswa ini ternyata datang dengan niat tulus bersyukur, sehingga tidak ada waktu, kecuali mereka manfaatkan sebaik mungkin. Suatu pagi, CCTV kantor menangkap 3 mahasiswa itu makan sebungkus nasi padang untuk bersama.
Kondisi itu membuat Pak Novi terenyuh. Maka malam harinya, 3 mahasiswa itu diajak makan di restoran. Lalu, Pak Novi memberi saran dan nasihat agar mereka aktif membangun jaringan, termasuk dengan teman-teman indekosnya. Namun, ternyata, 3 mahasiswa itu indekos dengan para tukang bangunan. Pak Novi kian dalam tersentuh.
Baca Juga: Raih Berkah dengan Fokus Kebaikan
Singkat cerita, datanglah pengumuman lomba IT tingkat nasional dari Kominfo. Pak Novi pun menantang 3 mahasiswa itu untuk ikut. Ternyata mereka berminat tinggi. “OK kalian buat presentasi, ya,” seru Pak Novi.
Mereka bertiga pun menyambut antusias. Namun, kemampuan mereka melakukan itu masih jauh dari kata bagus. Pak Novi pun tidak menyalahkan mereka. Pria berkacamata dan murah senyum itu malah membantu mereka secara intens agar semakin terampil.
Pendek kata, tiga mahasiswa itu masuk final dan berhasil menjadi juara satu. Nama 3 mahasiswa itu harum di seluruh kabupaten dimana kampusnya berdiri. Sebagian dari mereka kini sedang aktif bekerja di luar negeri, salah satunya di Swedia.
Meningkatkan Upaya
“Apa kesimpulan yang bisa kita ambil, syukur itu penuh energi. Menjadikan setiap kesempatan untuk lebih maju, naik satu tingkat, begitu seterusnya. Jadi, kalian 3 mahasiswa yang saya anggap tidak potensial, ternyata kalian yang paling bersyukur,” tutur Pak Novi.
Kalian menjadikan setiap kesempatan untuk belajar sungguh-sungguh. Itulah syukur, kalian berhasil menjadi mahasiswa yang bersyukur. Selamat kalian tidak saja telah juara, kalian kini telah eksis untuk aktualisasi diri hingga ke Eropa,” kata Pak Novi menyampaikan itu dengan menahan sisi emosional menguasai emosinya. Saya sangat memperhatikan, nyaris Pak Novi meneteskan air mata, menceritakan kisah itu.
Dari kisah itu saya mendapatkan satu mutiara baru tentang syukur, bahwa sikap kita harus sungguh-sungguh memanfaatkan karunia Allah untuk terus belajar. Jangan merasa bisa. Biar seseorang itu orang dari kampung, belajar di kampus yang tidak dikenal banyak orang, tapi kalau mentalnya memang penuh syukur, kebaikan akan datang dengan cara luar biasa.
Menariknya, 3 mahasiswa yang magang di PT XL itu, tidak saja dekat dengan Pak Novi sebagai coach dan mentor. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik kepada siapapun, termasuk satpam dan office boy. Semua itu terungkap ketika sesi perpisahan, yang menyalami 3 mahasiswa itu bukan hanya karyawan dan pimpinan XL, tetapi juga office boy dan para satpam.
Maha benar Allah yang berjanji, “Jika kamu bersyukur, pasti benar-benar Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu”.*