Malam sudah larut, dalam beberapa menit lagi akan masuk 1 Juni 2024. Saya belum bisa memejamkan mata, karena baru tiba dari perjalanan PP Depok – Tangerang dan Rangkasbitung. Saat membuka Facebook ketemu status Kang Maman tentang banyaknya guru berutang ke Bank hingga Pinjol. Fakta itu membuatku langsung teringat tiga kata: syukur, ukur dan atur.
Namun saya tak perlu banyak membaca buku atau artikel online untuk memberikan sudut pandang. Beberapa teman Kang Maman memberikan referensi “hidup” bagaimana bisa hidup dengan prinsip syukur, ukur dan atur.
Maria T Kussoy
Ia memberikan komentar atas postingan Kang Maman itu.
Kalimatnya, “…saya belajar dari diri sendiri, mendisiplin diri sendiri untuk tidak membeli sesuatu sebelum menabung dulu sekian lama untuk 1 benda atau sesuatu kebutuhan.”
Tidak itu saja, Maria juga mendidik anak-anaknya seperti itu.
“Dan mengajar kedua putra saya untuk makan sederhana dan hidup sederhana saja,” lanjutnya.
Pendek kata, Maria, telah berhasil menyikapi kehidupan ini dengan satu solusi utama, yakni menabung. Tidak terjebak untuk langsung membeli, belanja dan check out.
Kemudian ia menegaskan bahwa kita harus mampu memanage uang yang itu artinya adalah memanage segala keinginan dan kebutuhan.
Resah
Orang yang resah biasanya kurang bersyukur. Hal itu boleh jadi karena keinginan lebih besar daripada mensyukuri apa yang telah Allah berikan.
Baca Juga: Orang Tua yang Sukses, itu yang Mana?
Saat konferensi pers BMH (30/5/24), Dik Doank yang hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa apakah orang akan bisa bahagia, jika dalam hidupnya ia lebih sibuk upload daripada sibuk bersyukur.
Dahulu tahun 2013 dan 2018 saat wisuda STIS Hidayatullah Balikpapan, Rektor UIN Antasari Prof. Dr. Mujiburrahman, MA, berkata tentang media sosial.
Bahwa begitu orang upload foto atau status media sosial, maka ia akan datang kembali ke media sosial, 10 menit, 15 menit bahkan berulang kali dalam sehari.
Tujuannya pasti, untuk memeriksa, sudah berapa orang yang like, ada komentar atau tidak, perlu dibalas atau tidak dan seterusnya.
Dalam beberapa catatan, kebiasaan seperti itu membuat banyak orang, terutama di Amerika sulit tidur. Lebih dari itu hatinya resah dan gelisah.
Maka Dik Doank memberikan saran, silahkan datang ke tempat berlibur atau bahkan umroh dan haji. Tapi tidak perlu sibuk foto dan memposting di media sosial. Cobalah sibuk mensyukuri nikmat itu sendiri.
Ukur dan Atur
Setiap orang punya kemampuan berpikir. Oleh karena itu mengukur dan mengatur adalah hal yang lazimnya bisa orang lakukan, siapapun itu.
Ketidakmampuan mengukur dan mengatur, bukan saja domain orang tidak berijazah. Mereka yang jadi pejabat dan tidak mengukur serta tidak mengatur hatinya, akan terkubur oleh gelimang harta yang diperoleh dengan cara buruk.
Ukur seberapa kemampuan diri dalam hal bakir mengelola hati dalam menyikapi harta dan kehidupan. Lalu kapabelkah diri mengatur sesuai dengan kekuatan nilai yang diyakini.
Baca Lagi: Kita Jangan Melupakan Allah
Secara lebih teknis lagi, ukur kemampuan finansial dan atur kondisi finansial, agar tidak mengalami kondisi sial. Situasi berutang mungkin tidak semua orang bisa hindari, tetapi setidaknya utang itu bukan untuk gaya hidup, tapi benar-benar guna bertahan hidup.
Dan, jika ada usaha diri melakukan hal itu, tentu rem untuk foya-foya akan lebih baik. Saat itu terjadi biasanya Allah akan datangkan pertolongan, hingga akhirnya terlepas dari lilitan utang. Tidak bisa spontan atau langsung, tapi insha Allah bisa, sejauh ada kemauan dan kesadaran untuk syukur, ukur dan atur.*