Home Kisah Suka Baca Berita? Lebih Enak Membaca Alquran, Begini Pengalamanku
Suka Baca Berita? Lebih Enak Membaca Alquran, Begini Faktanya

Suka Baca Berita? Lebih Enak Membaca Alquran, Begini Pengalamanku

by Imam Nawawi

Membaca berita dan membaca Alquran, yuk kita ulas berdasarkan pengalaman diri yang subyektif.

Jadi kala itu, matahari masih belum menampakkan cahayanya. Langit juga belum bisa tampak warnanya. Namun, saya punya sebuah pengalaman menarik. Antara membaca berita dan membaca Alquran. Ternyata membaca Alquran jauh lebih enak, lebih baik dan lebih mencerahkan.

Pengalamannya sederhana sekali. Sebagai orang yang suka menggali hal di balik sesuatu, termasuk berita, saya sampai pada satu pertanyaan penting.

Kalau berita media hadir, kita baca, yang untung siapa?

Sedangkan, kalau kita membaca Alquran, yang untung siapa?

Berita, sama-sama hasil olah pikir manusia. Namun, tidak semua berita untuk keuntungan pembaca. Bahkan ada berita untuk mengelabui pembaca.

Alquran, isinya juga sama, mengandung berita. Akan tetapi, Alquran turun dari Allah, tidak mungkin itu untuk kepentingan Allah. Pasti untuk manusia agar aktif nalarnya, agar baik akhlaknya dan supaya maju peradabannya dan selamat dunia akhiratnya.

Tukang Sihir Fir’aun

Nah, saya sempat membaca Surah Asy-Syu’ara yang isinya berita tentang dialog sekaligus peristiwa “tanding kebenaran” antara Nabi Musa dengan tukang sihir Fir’aun.

Kenapa Nabi Musa vs tukang sihir Fir’aun? Tidak ada keterangan mutlak akan hal itu. Tetapi kita bisa bernalar, bahwa orang paling elit di era Fir’aun, setelah tangan kanan, kaki kiri Fir’aun adalah tukang sihir.

Dalam kata yang lain, manusia paling cerdas pada era itu adalah yang ahli dalam sihir. Maka tukang sihir inilah yang maju membantah kebenaran Musa sebagai Nabi, utusan Allah SWT.

Nah, sisi yang menarik. Karena tukang sihir ini manusia, butuh makan, bahkan mau juga dapat jabatan, maka ia bertanya dulu sebelum bertanding. Fir’aun apa benar kalau kami menang kamu akan beri imbalan?

Fir’aun santai menjawab, “Iya, kamu nanti akan jadi orang-orang dekatku.”

“Bi’izzati Fir’aun” itu ucapan tukang sihir sebelum bertanding. “Demi kekuasaan Fir’aun”.

Dan, ternyata harapan serta keyakinan tukang sihir menang sirna. Tali-tali yang mereka lempar jadi ular, semua dilahap sirna oleh tongkat Nabi Musa AS yang juga menjadi ular yang lebih besar.

Tiba-tiba sujud semua tukang sihir Fir’aun itu. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhan Musa dan Harun.”

Baca Juga: Intelektual Kini dan Tukang Sihir Fir’aun Dahulu

Pendek cerita, Fir’aun marah dan memberikan ancaman hukuman. Tapi tukang sihir ini sudah paham mana manusia mana Tuhan yang sesungguhnya. Peduli amat sama ancaman Fir’aun, lah yang benar Tuhan bukan dia.

Penalaran

Jadi, kalau kita membaca Alquran, kita akan dituntun untuk sampai pada hal-hal paling mendasar dalam hidup ini. Seperti, siapa Tuhan. Ini bukan masalah biasa. Socrates sampai Rene Descartes saja belum bisa ketemu, siapa Tuhan. Maka mereka dewakan pikirannya.

Kedua, Alquran mengungkap bagaimana tabiat manusia, meski dia paling pintar di bumi. Yang mereka cari dengan keahlian mereka cuma satu, “imbalan.”

Kemudian Fir’aun mengapa mengaku sebagai Tuhan, bukan karena ia sadar dirinya tuhan. Ia hanya ingin semua orang tunduk kepada dirinya. Tidak ada keahlian apa-apa dan kemampuan apa-apa, alias sama dengan manusia yang lain.

Nah, supaya dirinya tetap diikuti, mendeklarasikan diri sebagai tuhan bukan soal baginya. Yang penting tetap gue rajanya. Kira-kira begitu cara berpikir Fir’aun.

Tragisnya Fir’aun juga menolak bukti tentang Tuhan yang Nabi Musa bawa. Malah dia benci Nabi Musa yang datang dan membawa cahaya baginya. Padahal, daripada tukang sihir, Nabi Musa datang tanpa bertanya imbalan.

Ini kisah juga mengajarkan kepada para penguasa, jangan suka dengan pujian dan kerja keras dari orang yang menanti imbalan. Tapi lihatlah mana manusia-manusia yang menyembah Tuhan, ambil mereka sebagai teman. Selamat itu kehidupan dunia dan akhirat.

Nah, itu sedikit pengalaman perihal membaca Alquran. Kalau membaca berita, ya, kita dapat tambahan informasi saja. Tidak lebih. Apalagi kalau berita yang judulnya bombastis, seringkali isinya malah kosong.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment