Home Kajian Utama Sudahkah Tiba Kiamat Baca Buku?
Sudahkah Tiba Kiamat Baca Buku?

Sudahkah Tiba Kiamat Baca Buku?

by Imam Nawawi

Judul ini mungkin agak garang, ya? Sudahkah tiba kiamat baca buku?

Sebenarnya belum ada riset yang secara pasti mengatakan bahwa iya, telah tiba masa kiamat baca buku.

Tetapi ini sekadar sebuah upaya memahami fakta yang ada dan redupnya dunia perbukuan di Tanah Air.

Menurut Jose Rizal Manua, sosen kesenian IKJ, buku mulai kehilangan pesona dari banyak kalangan anak muda.

Baca Juga: Membaca Penting, Membaca Asing

Itu terbukti dari toko yang ia kelola. Dahulu dalam sehari bisa dikunjungi 10 sampai 20 pembeli, kini paling hanya melayani satu per harinya.

Hal tersebut, tambahnya, terjadi karena sudah tersedianya hampir segala informasi di internet. Sehingga, buku (fisik) memang sudah kurang diminati orang, terutama anak muda (sumber lengkap lihat kumparan.com).

Dari total 274,9 juta penduduk (data 2021), ada 170 juta orang menggunakan media sosial.

Media sosial itu yang populer meliputi Whatsapp, Instagram, Tiktok, Twitter, Facebook, Line, Wattpad dan lainnya. Terbaru ada Threads.

Posisi Media Sosial

Pada dasarnya media sosial sama seperti pisau. Artinya sangat tergantung dari yang menggunakannya.

Menyalahkan media sosial membuat kita kurang bijak menyikapinya. Tetapi menafikan eksistensi media sosial, kita juga akan kehilangan alat “interaksi” terkini.

Bayangkan, semua media massa resmi juga punya akun media sosial. Itu pertanda kuat, media sosial penting sekali.

Catatannya ada pada kebiasaan sebagian masyarakat sendiri. Yang sebagiannya juga terbentuk karena interaksi media sosial yang tinggi.

Seperti kebiasaan membaca status, itu membuat daya baca masyarakat memendek. Artinya, orang akan sulit untuk mau membaca buku.

Bukan karena tidak tahu. Tetapi karena telah terbiasa membaca kalimat-kalimat pendek melalui status. Akibatnya membaca buku perlahan menjadi asing.

Lebih jauh, melihat video di Tiktok, misalnya. Orang mudah pindah, tidak suka skip.

Kebiasan itu membuat orang tidak punya daya ingat panjang. Karena setengah menit video yang baru saja ia lewati, sudah tidak lagi bisa ia ingat.

Nah, soal kebiasaan, Buya Hamka mengatakan, sesungguhnya manusia itu adalah budak kebiasaannya.

Artinya, apakah media sosial membuat dia lebih baik, produktif dalam membaca atau sebaliknya, cek saja kebiasaan dalam bermedia sosial, produktif atau konsumtif.

Fakta yang Terjadi

“Budaya membaca kita bukannya tidak ada, tetapi saat ini sedang terpengaruh oleh budaya media sosial”, kata Ketua IKAPI Jawa Barat Mahpudi di Bandung, seperti dilansir suara.com.

Beliau mengatakan, saat ini waktu masyarakat banyak terfokus untuk media sosial dibandingkan membaca buku.

Baca Lagi: Hijrah Nabi SAW dan Hijrah Kini

Oleh karena itu, meskipun saat ini banyak terbit karya-karya yang bagus dan menarik, tetap saja minat membaca masyarakat masih rendah.

Begitu halnya dengan E-Book, jarang sekali ada yang bertahan berjam-jam menatap layer gadget untuk sekedar membaca E-Book.

Lalu?

Lalu, apa langkah yang bisa kita lakukan?

Apakah fakta ini kita anggap sebagai hal yang wajar saja, karena situasi berubah.

Atau kita perlu melakukan suatu terobosan agar anak bangsa kembali memiliki daya kuat untuk membaca buku?*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment