Manusia secara umum akan sulit lepas dari pengaruh apa yang jadi bacaan, obrolan dan bahkan kebiasaan. Jika yang kita lihat adalah flexing dan hedonisme, maka lambat laun orang akan punya pandangan seperti itu. Karena bagi mereka yang begitu, itulah jalan mendapatkan hidup bahagia. Padahal dalam Alquran syarat mencapai hidup bahagia jelas: iman dan amal shaleh. Lalu bagaimana strategi kita menerapkannya?
Langkah mendasar, kita harus berusaha mengamalkan perintah Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Contoh sederhana, mengapa ada pria dan wanita tinggal satu atap padahal belum menikah. Keputusan kumpul walau belum menikah adalah ketetapan hati. Dalam kata yang lain ia percaya pada kenikmatan segera tanpa mengindahkan aturan yang Allah tetapkan. Sekarang perhatikan bagaimana kehidupan orang yang demikian.
Kalau kita telisik lebih jauh, keputusan hidup bersama tanpa menikah, akarnya adalah sikap terlalu mudah mengumbar pandangan. Pandangan itu kemudian meracuni hati. Oleh karena itu dalam Alquran, perintah menjaga pandangan pun tertera dengan terang benderang.
Sebaliknya ada orang memilih untuk menikah. Memanifestasikan cintanya dalam bingkai iman. Walaupun mungkin secara ekonomi tampak sulit, mereka tidak pernah merasa hidup dalam siksaan batin luar biasa. Optimisme dalam hati tetap menyala, semangat akan dapat karunia Allah tinggi. Mereka terus ingin melakukan kebaikan-kebaikan. Karena iman telah ada, tumbuh dan terus mereka kuatkan.
Cinta Beramal Shaleh
Selanjutnya bagaimana kita bisa beramal shaleh dengan apa yang kita miliki. Misalnya seseorang memiliki HP, maka ia bisa beramal shaleh dengan memilih konten yang bermanfaat. Lebih dari itu ia juga berupaya untuk menyebarluaskan konten yang baik dan benar dalam Islam.
Dasar dari hal itu adalah pemahaman penting bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nikmat sekaligus ujian bagi umat Islam. Apakah dengan HP itu ia semakin melakukan kebaikan atau malah sebaliknya, berantakan hidup karena terlena bermain HP.
Prinsipnya apa yang ada dalam kehidupan sekarang, semua kita gunakan sebagai alat untuk mencapai keteguhan iman dan kesungguhan amal shaleh. Kalau kita perhatikan soal produktivitas karya tulis misalnya, umat Islam masih belum banyak yang mau melakukannya. Jangankan sampai menulis, membaca saja masih sulit mereka perjuangkan.
Sekarang kita perhatikan adakah Alquran memerintahkan kita membaca?
Jika ada maka jelas membaca adalah amal shaleh yang sangat mendasar untuk kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Nikmat Luar Biasa
Apabila kita mampu menjaga iman kita kemudian bersemangat dalam amal shaleh, kita akan dapat merasakan nikmat luar biasa dari Allah secara langsung.
Sebagai contoh, kalau ada seorang pemuda ia aktif membaca, kemudian juga terdepan dalam program-program baik di masyarakat, maka ia akan merasakan sesuatu dalam hatinya. Sesuatu yang luar biasa dan tak bisa kita jelaskan bagaimana ia datang. Itulah nikmat iman.
Namun seiring waktu, kadang manusia tergiur oleh “godaan” dunia, sehingga banyak yang rela kehilangan sebagian imannya kemudian menjadi sangat materialis dalam mengisi kehidupan.
Baginya hidup adalah semua perkara yang menjadikan makan dan hidup nyaman. Ia kadang lupa bahwa dunia akan berakhir. Jika itu mulai datang dalam hidup seseorang, maka ia akan semakin jauh dari hidup bahagia.
Sebab hidup bahagia telah Allah tetapkan, hanya bisa jadi milik jiwa yang beriman dan beramal shaleh. Bagi orang yang beriman dan beramal shaleh Allah sediakan ampunan dan pahala yang besar. (Lihat QS. Al-Fath: 29). Dan, itu adalah janji Allah. Apakah kita mau ragu kepada janji Allah SWT?*