Sore mulai keemasan, putriku yang masih SD, datang menemuiku dan mengutarakan, “Ini (stabilo) buah Abah, hadiah dari adik.” Putriku itu memang sering melihatku membaca, terakhir buku karya Buya Hamka.
Hadiah stabilo itu memandu tanganku kembali meraih buku Buya Hamka. Kali ini yang judulnya, “Islam, Revolusi dan Ideologi.”
Dalam buku itu, Buya Hamka menyadarkan umat Islam sebagai umat yang harus memiliki vitalitas akal dan pikiran. Islam mencela manusia yang hanya menjadi Pak Turut.
Baca Juga: Buya Hamka untuk Pemuda Masa Depan
Orang yang kehabisan nalar kritis pasti tidak lagi memiliki pemikiran.
Dan, situasi seperti itulah, kata Buya Hamka, yang membawa umat Islam kalah dari sisi pemikiran. Karena para ahli-ahli pikir tak lagi berani tampil ke muka lagi.
Bahagia
Putriku ini kata istri memang sangat perhatian. Ia berusaha memberikan sesuatu dengan apa yang bisa ia berikan.
Tentu saja stabilo itu benda sederhana.
Ia memberikan kepadaku karena kecintaanku membaca buku dengan mencoret-coretnya pada kalimat atau paragraf yang kusuka.
Bahkan ia juga tahu, aku menyimpan beberapa pulpen berwarna. Ada yang empat warna, bahkan ada yang delapan warna.
Perhatian dari putriku yang masih SD dan upaya konkretnya itu tentu merupakan buah dari perhatian, cinta dan ketulusan. Alhamdulillah.
Psikologi Anak
Ketika anak memberikan hadiah, pengetahuan menyebut itu karena anak merasa telah mendapat perhatian dari orang tua. Anak itu pun berusaha membalasnya.
Teringat diriku akan sebuah ayat, bahwa tidak ada balasan kebaikan, melainkan kebaikan (pula).
Tentu saja, itu juga buah pengamatan dan kesimpulan yang baik, bahwa orang tuanya telah memberikan satu keteladanan. Anak itu tahu apa yang orang tuanya sukai, buku dan stabilo.
Hal itu juga merupakan wujud kasih sayang dan afeksi anak. Ia ingin menunjukkan cinta dan perhatian kepada orang tua melalui sebuah hadiah kecil.
Perjuangan
Namun, seperti kata Buya Hamka, “Hidup adalah perjuangan.”
Baca Lagi: Inilah Nasihat Hebat Ayah untuk Anaknya
Makna dari dua hal ini, stabilo dan Buya Hamka adalah bagaimana diri ini tetap bersemangat membaca.
Sekarang memang sedang booming soal AI (artificial intelligence). Tetapi, hanya yang terampil membaca yang bisa memanfaatkan asisten data itu.
Artinya, stabilo itu membuatku sadar bahwa membaca tak kenal batas. Harus terus kuupayakan.
Kata Buya Hamka (masih dalam buku Islam, Revolusi & Ideologi).
“Tidak ada perjuangan, turunlah harga dan nilai hidup. Namun, berjuang bukanlah semata berjuang melainkan dengan suatu tujuan yang jelas, yaitu menegakkan kebenaran dan keadilan.”
Alhamdulillah, terimakasih putriku, terimakasih Buya Hamka. Dan, “terimakasih” stabilo, “terimakasih” buku-buku.*