Di atas kereta api Surabaya-Jakarta saya coba menguraikan buku yang saya baca sejak keberangkatan Jakarta-Surabaya beberapa waktu lalu tentang Shalhuddin Al-Ayyubi, karya John Man. Di tangan John Man, Shalahuddin Al-Ayyubi tampak segar dan hidup.
Baca Juga: Ujian Terberat Pemimpin
“Tanyakan kepada siapa saja di Mediterania Timur siapa pahlawan terhebat mereka dan jawaban yang hampir pasti akan Anda dapatkan adalah “Shalahuddin,” tulisnya pada bab pengantar.
Kemudian dilanjutkan, “Di seluruh Eropa dan Amerika, jika Anda menanyakan seorang pahlawan Arab, jawabannya, setelah berpikir sejenak, mungkin akan sama.”
Wikipedia menuliskan, Shalahuddin dikenal di Islam dan Krsiten karena kepemimpinan, kekuatan milter, sifat ksatria dan pengampun disaat berperang melawan tentara Salib. Selain itu, putra Najmuddin Ayyub itu juga seorang ulama.
Bak Film Dahsyat
John Man dalam menggambarkan betapa pentingnya sosok bernama Shalahuddin Al-Ayyubi itu, ia mengilustrasikan kehidupannya yang diwarnai perilaku mulia dalam sebuah film.
“Shalahuddin adalah pahlawan fantasi sekaligus pahlawan nyata. Dia merupakan perwujudan impian dan keinginan, layaknya Arthur, meski dengan sedikit lebih baik karena lebih banyak hal yang diketahui tentang sosok Shalahuddin Al-Ayyubi.
Ambil saja salah satu tema dalam kisah hidupnya yang seperti alur cerita film orang baik versus orang jahat. Tentu saja Shalahuddin sendiri adalah orang baiknya. Lawannya adalah sosok durjana dengan kejahatan yang begitu paripurna sehingga terlihat seperti sebuah karikatur.”
Ungkapan itu menunjukkan bahwa kekaguman John Man pada Al-Ayyubi benar-benar mendalam dan total. Sampai-sampai manusia yang ada di realitas dan historis nyata itu pun diibaratkan sebuah film, maka akan sangat menarik, memukau dan tentu saja menginspirasi.
Mulia dan Bijaksana
Shalahuddin memang bukan pemimpin sembarang. Ia tak pernah memandang kekuasaan yang digenggamnya sebagai alat untuk berbuat aniaya dan zalim.
Sejarah mencatat, kala Shalahuddin berhasil mengalahkan tentara Salib, ia tidak menjadikan orang-orang Nasrani sebagai budak.
Ia malah membebaskan sebagian besar orang Nasrani yang ditawan tanpa dendam. Padahal di tahun 1099, kala tentara Salib dari Eropa merebut Yerussalem, sebanyak 70 ribu oran gMuslim di kota itu seketika dibantai.
Kemudian sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.
Baca Lagi: Ketegasan Sang Umar
Shalahuddin dikenal Barat dan Islam sebagai sosok yang mulia, sederhana, cinta ilmu, shaleh, taat beribadah, akrab dan toleran terhadap orang lain, termasuk yang non Muslim.
Semua itu, kembali dalam uraian John Man, karena Shalahuddin Al-Ayyubi adalah sosok yang mampu memfokuskan diri dan energi umat untuk sebuah kemuliaan Islam, yakni dengan ibadah dan mujahadah membangun kekuatan dengan penuh kesungguhan.*