Rangkaian Sarasehan Pendiri Perintis dan Silaturrahim Dai Hidayatullah di Berau hadirkan kata kunci utama, yakni soal NKRI. “Soal NKRI umat Islam harus proaktif bahkan kalau perlu progresif,” demikian tegas Dr. Abdul Aziz Qahar Muzakkar, M.Si dalam sesi paparan Tabligh Akbar di Masjid Jabal Nur.
Kata kunci itu tersampaikan usai pria yang juga politisi itu menjelaskan dengan baik bagaimana kondisi NKRI hari ini yang ia nilai rasa-rasanya mulai mengarah pada kondisi bangsa dan negara yang kehilangan martabat.
Timbangan itu akan semakin terasa kala melihat bagaimana kiprah dari para pendiri bangsa yang sebagiannya adalah ulama dengan kecakapan intelektual dan wawasan kebangsaan yang amat jauh ke depan.
Baca Juga: Dialog Mengajak Berpikir
Dan, kesadaran akan hal ini sangatlah penting menurut sahabat dari Dr. Adian Husaini itu. Sebab belakangan mulai sering muncul isu dan narasi yang memosisikan NKRI sebagai lawan terhadap umat Islam. Padahal NKRI ini adalah hadiah terbesar umat Islam untuk Indonesia.
Langkah Proaktif
Langkah proaktif tentu saja bagaimana segenap elemen umat, terutama generasi muda mampu ikut andil, memberi warna terhadap laju pembangunan yang ada dengna nilai-nilai dakwah dan tarbiyah.
Dalam kamus proaktif ialah tindakan yang lebih aktif. Sebab kita semua ikut bertanggungjawab atas hidup pribadi dan kolektif. Umat Islam sebagai elemen penting dan mayoritas di Indonesia sangat bagus mengambil posisi proaktif, yakni bagaimana memberikan narasi, gagasan dan pemikiran tentang Indonesia yang lebih bermartabat.
Proaktif berarti bertindak atas kesadaran, pengetahuan bahkan keimanan untuk mengubah keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Relevan dengan tema Tabligh Akbar yakni “Berkhidmat untuk NKRI Bermartabat.”
Secara implementatif, sikap proaktif dapat kita wujudkan dengan menjadi pribadi berjiwa besar. Mengambil peran dan tanggungjawab memajukan NKRI. Memiliki tekad untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan dalam skala dan kapasitas masing-masing dan lain sebagainya.
Ide Dr Aziz QM itu tentu karena dalam sejarah memang banyak sekali peran bahkan konsep penting dalam Islam menjiwai konstitusi negeri ini.
Progresif Ber-NKRI
Jika proaktif tidak cukup maka kita bisa melangkah pada tahap berikutnya yakni progresif.
Dalam kamus progresif artinya bergerak ke arah kemajuan, berhaluan pada arah perbaikan keadaan sekarang terutama dalam hal politik.
Dalam skala pribadi manusia, progresif artinya selalu berproses, senantiasa bergerak maju dan akhirnya melahirkan satu kebaikan yang lebih baik.
Sebagai ilustrasi, mahasiswa yang baik adalah yang setiap hari menambah wawasan dirinya. Entah melalui membaca buku, diskusi atau riset dan silaturrahmi. Jika ada seorang mahasiswa dalam satu bulan bahkan satu semester tidak ada tambahan wawasan dan ilmu serta skill, maka ia tidak progresif.
Baca Lagi: Keindahan Masjid Agung Baitul Hikmah Berau
Dalam konteks ber-NKRI, umat Islam menjadi progresif apabila dalam perjalanan bangsa dan negara mampu memberikan nilai, warna dan kebaikan yang nyata bagi keberlangsungan bangsa dan negara.
Nah, agar itu semua terwujud, sangat penting namanya sikap proaktif bahkan progresif dalam ber-NKRI.
Dalam kata yang lain, umat Islam jangan mau dibentur-benturkan dengan Pancasila dan NKRI. Selain itu adalah hal yang ahistoris, jika dibiarkan hal itu akan merusak keadaan umat, bangsa dan negara ke depan.
Pada akhirnya, uraian Dr Aziz QM penting menjadi renungan segenap elemen bangsa, agar Indonesia ke depan progresif dan beradab, adil dan makmur, serta tetap pada identitas paling penting negeri ini, yakni Berketuhanan Yang Maha Esa.
Hadir menyimak paparan Dr Aziz QM saat itu Ketua DPRD Kaltim, Bapak H. Makmur, Sekda Kabupaten Berau dan Wakapolres Berau serta jajaran pemerintah lainnya di Berau dan Kalimantan TImur.*