Soal makanan Allah telah berikan jaminan. Judul ini memang sering menjadi poin penting banyak dai dalam tausiyah atau ceramah bahkan khutbah.
Namun, saya ingin mengajak sahabat pembaca yang budiman untuk bergerak maju selangkah. Perihal bagaimana kita memahami judul dalam bahasan ini.
Dasarnya adalah firman Allah. Mari kita perhatikan dengan seksama kandungan ayat Alquran berikut ini.
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?” (QS. Asy-Syu’ara: 7).
Allah meminta manusia (tentu saja kita semua) meluangkan waktu, mengkaji, meneliti, bahkan melakukan riset perihal betapa kehidupan manusia telah Allah “manjakan” dengan beragam jenis makanan dari tumbuhan.
Baca Juga: Keindahan Bunga untuk Masa Depan Bangsa
Dalam bahasa tafsir lebih indah lagi. Allah menumbuhkan padanya semua jenis tanaman yang indah lagi berguna, yang tidak berkuasa menumbuhkannya kecuali Tuhan semesta alam?
Maslahat
Jadi, manusia sebenarnya tidak perlu kuatir tentang makanan. Allah telah menyediakan sedemikian rupa.
Akan tetapi jangan lupa, dengan karunia akal kepada kita, Allah ingin manusia mengatur dengan adil dan penuh kasih sayang bagaimana A – Z untuk bisa menghasilkan tanaman yang kita butuhkan benar-benar sesuai dengan tuntunan-Nya.
Permasalahan soal makan sekarang bukan bahan makanan yang tidak ada. Tetapi lebih pada cara pengaturan yang tidak memikirkan maslahat rakyat secara jangka panjang dan berkelanjutan.
Akibatnya kita menemukan fakta yang menyayat hati. Banyak lahan di perkampungan begitu luas dengan aneka ragam tanaman sayur dan buah. Namun yang memiliki lahan itu bukan petani setempat. Warga setempat hanya menjadi buruh tani.
Permasalahan inilah yang sejatinya menjadikan Indonesia yang kaya ragam tanaman hayati akhirnya harus hidup dalam keadaan yang sulit kita pahami. Belum lagi kalau sebagian orang yang berkuasa menyukai impor daripada memberdayakan petani dalam negeri. Kondisi semakin tidak membahagiakan.
Orientasi
Ayat Alquran itu tujuannya satu. Yaitu manusia menyadari bahwa dirinya tidak perlu cemas akan makanan dalam kehidupan dunia ini.
Allah bahkan meminta kita melakukan Iqra dengan memperhatikan secara seksama. Mulai dari potensi alam, seperti pegunungan dan dataran rendah. Kemudian mengatur dalam tata kelola yang progresif-maslahat, sehingga apa yang Allah jaminkan itu benar-benar mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat.
Kemudian ayat itu juga menyinggung orang-orang kafir, yang melihat tanaman hanya sebatas komoditi ekonomi, sehingga kehilangan kesadaran sebagai manusia. Tak lagi memiliki rasa empati, apalagi mau peduli dan berbagi rezeki.
Dalam tafsir Tafsir Al-Mukhtashar kita mendapatkan keterangan lebih terang.
Baca Lagi: Hati yang Tenang Seperti Daun
“Apakah mereka semua akan terus-terusan berada dalam kekafiran dan tidak mau memperhatikan bumi, berapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan; yang indah dipandang dan banyak manfaatnya?”
Jadi, kalau boleh kita mengambil kesimpulan, tantangan umat Islam sekarang adalah bagaimana memiliki konsep menata sistem perpanganan Tanah Air dengan orientasi progresif-maslahat, yang insha Allah akan menjadikan ekonomi rakyat maju dan berkembang.*