Belakangan orang mulai menyadari, penyebab gangguan kesehatan mental bersumber dari barang yang kita beli sendiri, kita merawat, kita isi kuota selalu, yaitu smartphone.
Dari berbagai sumber bacaan yang saya dalami, smartphone (gadget) memang memberi dampak baik. Semua jadi mudah, murah dan meriah.
Orang zaman sekarang seperti berada dalam situasi dan kondisi ideal. Bagaimana tidak, mau beli apapun, tinggal sentuh. Bayar dan tidak lama barang yang kita order akan tiba.
Namun saat kita kembali bertanya, untuk apa semua kemudahan, kemurahan dan kemeriahan itu?
Lebih lanjut kita bisa menggugat diri sendiri, apakah semua itu menjadikan hidup lebih bermakna, bermanfaat dan berarti bagi orang lain?
Dan, seperti kita ketahui, smartphone lebih banyak membuat orang nyaman berinteraksi secara virtual daripada ngobrol hangat dengan teman, keluarga atau kolega saat pertemuan offline. Mengapa?
Rangsangan
Sebab, smartphone tidak saja menyediakan kemudahan kirim pesan secara langsung, tetapi juga menyediakan berbagai macam rangsangan yang seakan penting dan sangat menarik perhatian.
Terbukti, warga AS rata-rata menggunakan smartphone lebih dari 5 jam perhari. Gen-Z di AS lebih panjang, 6,5 jam per hari.
Apa yang masalah dari fakta itu? Jelas kebanyakan orang sulit untuk memilih bahkan susah untuk bisa istirahat. Mulai dari mengistirahatkan mata, pikiran, lebih-lebih mental.
Dan, jika semua rangsangan itu mendesak ke dalam pikiran, perasaan dan hati seseorang, maka orang itu akan mengalami kerugian besar. Mulai dari mudah merasa lesu, kekurangan motivasi bergerak, sulit tidur, bahkan sering gelisah kala malam tiba.
Aneh
Dan, yang sangat aneh, banyak orang lesu, kehilangan semangat dan gelisah, justru karena salah menggunakan smartphone-nya sendiri.
Padahal smartphone itu kita beli dengan harga tidak rendah. Kemudian kita isi kuota setiap memerlukan, serta kita sendiri yang tidak cermat dan sehat dalam menggunakannya.
Sudah begitu, produk yang tak kenal henti “berinovasi” adalah smartphone. Banyak orang komentar di konten promo hape yang baru meluncur: “Yah, baru sebulan beli seri ini, sudah muncul seri baru”.
Baca Lagi: Sadar sebagai Pemimpin
Tapi tampaknya inilah gambaran dunia seperti manusia minum air laut. Semakin diminum semakin haus, kian gelisah dan merasa bersalah yang tidak perlu.
Kolam Terbuka
Tetapi kalau kita sadar akan perintah Nabi SAW untuk menjadi pribadi bermanfaat, smartphone juga sebenarnya adalah kolam terbuka.
Tinggal kita memilih, mau aktif atau pasif. Kalau aktif, kita akan menjadikan smartphone kita sebagai alat meningkatkan kualitas diri. Memberikan bibit-bibit kebaikan dengan aktif mengisi dengan konten-konten baik.
Kalau kita tidak melakukan itu, maka kita akan jadi konsumen. Melahap semua konten, berpikir seperti alur konten, dan berperilaku layaknya robot, bicara dan merasa seperti “kehendak” konten.
Lebih buruknya lagi, kalau secara mental kita tidak siap menggunakan smartphone, maka kita akan terseret pada isu-isu yang tampak perlu namun sebenarnya sangat tidak bermutu. Seperti berita-berita viral yang tidak edukatif, pertengkaran politisi yang hanya sensasi dan lain sebagainya.
Terakhir, kalau kita masih peduli dengan kesehatan mental, maka gunakan smartphone dengan cerdas, cermat dan bijak. Ambil kegiatan rutin yang membangun dengan smartphone bukan malah yang menggelisahkan dan akhirnya menjadikan mental tidak sehat.*