Banyak orang mendamba, mencari dan mengulas tentang kebahagiaan. Tidak terkecuali umat Islam. Kesana kemari cari referensi dan kata-kata indah. Padahal Islam itu adalah sistem kebahagiaan yang kita butuhkan.
Sebagai sistem Islam memiliki apa pun yang dibutuhkan oleh manusia. Pantas jika Alquran telah menegaskan bahwa di dalam sumber utama ajaran ini, sama sekali tidak ada keraguan. Catat, sama sekali tidak ada keraguan.
Baca Juga: Jadilah Top Skor Kebaikan
Sekarang mau dibuktikan dari mana? Apakah mau dari sisi pemikiran yang butuh konsentrasi tinggi dan konsisten?
Atau kita coba saja telusuri dari satu dimensi kecil yang memastikan manusia yang mengamalkannya akan hidup bersih, suci dan menggairahkan.
Berwudhu
Berwudhu ini tampak sederhana, tetapi perlu disadari bahwa dalam syariat ini begitu banyak tuntunan yang ditetapkan oleh Islam dan tentu saja diteladankan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam pelaksanaan wudhu ada rukun (yang wajib dilakukan dan tidak boleh diabaikan) ada pula sisi sunnah-sunnah di dalam berwudhu.
Di antara sunnah itu adalah mendahulukan anggota badan yang terkena syariat wudhu dari yang sebelah kanan, baru yang sebelah kiri.
“Rasulullah SAW sangat suka untuk mendahulukan yang kanan dalam memakai sandal, menyisir, bersuci, dan dalam semua urusannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Apabila kalian berwudhu, maka mulailah bagian yang kanan kalian.” HR. Bukhari Muslim).
Orientasi Hidup
Mungkin kta sudah biasa dengan uraian perihal bagaimana Nabi mendahulukan yang kanan dalam setiap urusan kebaikan, termasuk berwudhu.
Tetapi sadarkah kita bahwa pemahaman yang diikuti pengamalan dan pembiasaan melakukan kebaikan dengan yang kanan berarti kita selalu menjalani hidup ini dengan kecintaan kepada perilaku hidup Nabi Muhammad SAW.
Mendahulukan yang kanan juga bermakna simbolik bahwa kebaikan harus menjadi prioritas dan orientasi di dalam hidup.
Misalnya tentang sedekah, secara empirik kita tidak sedang memiliki uang yang cukup, tetapi Allah memerintahkan sedekah. Maka bersedekahlah, walau diri seakan tidak cukup.
Terlebih memang Islam mendorong umatnya sedekah dalam kondisi sempit dan lapang.
Nah, jika Islam dalam dimensi amalan sedemikian detail, lantas bagaimana mungkin kita tidak menyadari bahwa Islam adalah ajaran yang sistemik, dimana satu amalan pasti mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi diri pengamalnya.
Lantas, bagaimana kalau semua sisi amalan dan ibadah di dalam Islam kita jalankan dengan penuh kesadaran?
Apakah mungkin jiwa ini tidak bertemu dengan kebahagiaan?
Baca Lagi: Jangan Pernah Membenci Nasihat
Di sinilah sebenarnya baru kita bisa pahami dengan baik bahwa hati yang mengingat Allah akan tenang, bahagia dan tenteram.
Karena memang ajaran Islam ini adalah sistem menikmati hidup yang bahagia dan membahagiakan. Semakin seseorang sadar dan antusias menjalankannya, terlebih pemimpin utama, sekarang istilahnya Presiden, semakin terang kebahagiaan akan dirasakan. Mudah dan indah sekali bukan ajaran Islam ini? Allahu a’lam.*