Berita dan ulasan perihal perilaku para pecandu judi online begitu banyak. Terbaru seorang warga di Jawa Barat nekat mencuri karena terlilit utang judi online. Secuil fakta yang membuat kita dapat menangkap dengan terang bahwa sistem berpikir manusia seketika eror kalau sudah kena candu judi online.
Teringat akan nasihat Buya Hamka. Hawa nafsu itu pangkalnya manis ujungnya pahit. Dan, seperti itulah kira-kira kondisi orang yang sedang candu judi online. Saat uang ada, judi seperti enak sekali. Dan, begitu uang habis, sementara uang itu hasil pinjaman, mulailah tahap-tahap pahit dalam kehidupan menarik dan menyiksa jiwanya.
Nah, pria itu punya pinjaman Rp 8 juta. Tetapi uang pinjaman tersebut bukan untuk usaha atau bahkan kebutuhan pokok. Malah ia habiskan untuk judi online.
Saat harus membayar, jelas ia tidak akan pernah bisa melakukannya. Karena uang itu ludes untuk judi online. Seperti sebuah film, pria ini sudah masuk ke dalam jurang curam.
Awal masih “normal” cara berpikirnya. Ia melangkah ke Cikijing, Majalengka. Niatnya meminjam uang kepada bibinya. Namun sang bibi tak memberikan pinjaman.
Pria itu masih mau usaha, ia melangkah lagi ke temannya di Kadugede, tapi sang teman sedang tidak di rumah.
Baca Juga: Keuntungan Jiwa yang Menikmati Nyenyatnya Malam
Nah, saat hendak pulang, terbesit dalam pikiran pelaku itu mencari jaln pintas, yaitu mencuri. Segera ia mencuri dan tertangkap basah oleh sang pemilik rumah. Karena berusaha kabur, pemilik rumah berteriak ‘maling’ seketika warga lain ikut mengejar dan pria pencuri itu tertangkap dan diserahkan ke polisi.
Timbangan Rasional
Secara rasional setiap orang menyadari bahwa judi tidak akan pernah membawa pada kebahagiaan, meskipun sesekali merasakan ‘kemenangan’. Padahal begitu seseorang pernah ‘menang’ itu pula rantai jerat yang melilit akal untuk tak meninggalkan judi. Kecanduan mulai menjalar ke sistem kesadaran.
Semakin terobsesi, kesadaran rasionalitas kian menipis. Kondisi orang seperti itu lebih buruk dari orang yang percaya mistis. Mistis berarti seseorang percaya terhadap sesuatu yang tanpa ada penjelas rasional yang bisa dicerna oleh akal manusia.
Ilustrasinya seperti ini: orang berjudi sama dengan orang yang bermimpi di siang bolong. Harapannya dapat kebaikan, dapat uang banyak seketika.
Berbagai upaya ia lakukan untuk mendapatkan mimpinya itu. Tetapi ia lupa bahwa sistem kehidupan dunia ini tak mendukung cara seperti itu. Bayangkan orang bekerja sekuat tenaga saja belum tentu bisa kaya seketika. Apalagi habis umur main judi.
Dalam kata yang lain, ia benar-benar ‘menidurkan’ kesadarannya. Akibatnya saat ia insaf, penyesalan sudah datang. Rasa sakit lahir dan batin sudah menjalar, menyerang semua sisi diri.
Baca Lagi: Bersemangatlah dalam Berkarya
Dalam bahasa Yunani, orang yang percaya judi online bisa membuat kaya dan bahagia adalah orang yang berada dalam kondisi post-hoc ergo propter hoc. Yaitu orang yang hdiup hanya bersandar pada keberurutan semata. Judi hari ini, gagal. Ia berharap besok tidak gagal. Padahal, ia sudah masuk gerbang kegagalan sejak dalam pemikiran.
Jadilah Manusia
Manusia kadang lupa siapa dirinya. Untuk apa hadir di alam dunia ini. Jelas manusia itu punya tugas berpikir, karena mendapat anugerah akal dari Allah Ta’ala. Kalau manusia tidak menggunakan nikmat akal itu, maka tidak ada lagi sebenarnya jati diri manusia dalam diri seseorang.
Dan, langkah-langkah agar kembali normal sistem kesadaran dalam diri seseorang segeralah taubat, kembali menjadi manusia. Akui bahwa judi itu buruk dan menyengsarakan lalu berhenti.
Kata Mario Teguh, “Jangan berjudi! Tidak ada penjudi yang hidupnya baik. Mungkin sebentar, di awal-awalnya terlihat seperti sukses, tapi tidak ada yang akhirnya tidak bangkrut. Dan ingatlah, para pengusaha perjudian tidak suka berjudi. Mereka mendirikan usaha perjudian karena tahu persis bahwa penjudi akan kalah. Kalau berjudi itu baik, mengapakah Tuhan melarangnya? Jangan berjudi!”
Jadi mulai sekarang, milikilah tujuan hidup yang jelas dan realistis. Ganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan berpikir. Cari pergaulan yang memelihara jiwa, akal dan harta sebagaimana tujuan syariah dalam Islam. Hanya langkah itu yang dapat membuat sistem kesadaran dalam diri seseorang tetap normal, terpelihara dan menjadi lebih baik. Tidak akan eror lagi, insha Allah.*