Sekalipun berita beredar begitu intens dan massif soal Covid-19 masih ada kelompok yang tidak “mengakui” eksistensi virus tersebut. Disaat yang sama mereka yang pernah terpapar mengatakan bahwa Covid-19 ini nyata. Lantas bagaimana sikap terbaik kita dalam menyikapi Covid-19?
Pertama harus dikenali tingkatan orang yang terkena Covid-19, ada yang ringan hingga sedang dan berat.
Gejala ringan ditandai dengan demam namun tidak disertai batuk dan sesak nafas. Terhadap kelompok ini cukup melakukan penyembuhan dengan isolasi mandiri.
Terus Baca: Berpikir itu Ibadah
Kedua, penting melihat realitas wabah Covid-19 ini dengan kacamata spiritual, dimana memang Allah memberikan ujian kepada kehidupan umat manusia.
Mulai ujian berupa rasa takut, lapar, kehilangan jiwa, hingga berkurangnya ketersediaan makanan (buah-buahan). Namun, Allah menjamin bahwa ada kemenangan, kabar gembira dan keberhasilan bagi orang yang sabar.
Realisasi Sikap Terbaik
Ketika sholat Jumat di Masjid Ummul Qurro Depok yang bertindak sebagai khtoib adalah KH. Dr. Nashirul Haq, Lc.,MA.
Beliau menuturkan bahwa harus disadari akan ada ujian dari Allah. Wabah Covid-19 adalah satu di antara bentuk ujian Allah.
Dampak dari wabah ini semua menjadi terbatas, banyak orang sakit, kehilangan pekerjaan hingga kehilangan nyawa.
Oleh karena itu sikap kita adalah pertama menerima semua ini sebagai ujian. Kedua, berusaha untuk terhindar dari terpapar virus Covid-19 itu sendiri.
Ketiga, sekiranya terkena juga, maka berprasangka baiklah kepada Allah. Karena tidaklah Allah memberikan ujian seorang hamba melainkan Allah akan balas kebaikan dan berikan ampunan atas dosa yang dilakukan.
Suatu saat pernah ada seorang wanita menjumpai Nabi dan mengatakan perihal dirinya.
“Ya Rasulullah, saya menderita penyakit ayan. Apabila kambuh maka aurat saya terbuka. Kiranya engkau mendoakan saya agar Allah berikan kesembuhan.”
Mendengar itu, Rasulullah menjawab, “Jika kamu bersabar bagimu surga. Jika engkau mau aku mendoakanmu, maka Allah akan menyembuhkanmu.”
Wanita itu pun menjawab, “Ya, Rasulullah aku menginginkan surga, dan biarlah ini menjadi bagian dalam hidupku.”
Jadi, betapa Allah akan memberikan balasan terbaik bagi orang-orang yang dikenakan ujian.
Keempat, berprasangka baik kepada Allah. KH. Dr. Nashirul Haq, Lc,.MA kembali menyitir kisah.
Bahwa ada seorang Badui yang mengalami demam. Maka Rasulullah mendoakan, “La ba’tsa thahurun insha Allah.”
Badui itu menimpali, “Tidak ya, Rasulullah. Demamku ini bukan demam yang ringan. Ini adalah demam yang mengantarkan ke kuburan.”
Mendengar itu Rasulullah menjawab, “Baiklah kalau demikian.” Tidak lama kemudian Badui itu Allah takdirkan meninggal dunia.
Optimis
Dengan demikian sikap terbaik kita dalam menghadapi Covid-19 ini adalah sadar bahwa ini ujian. Kemudian sabar dalam menghadapinya. Selanjutnya tetap berprasangka baik kepada Allah.
Hal itu akan memelihara sikap optimis di dalam diri kita. Terlebih setelah itu kita masih bisa berdoa dan tawakkal kepada Allah.
Doa akan menjadikan mentalitas kehambaan kita semakin terasah. Karena adanya wabah Covid-19 ini idealnya mendorong kita semakin sering memohon, berdoa kepada-Nya.
Pada akhirnya kita sadari bahwa sikap orang beriman itu adalah sadar dan sabar lalu berperilaku sehat. Karena ada prinsip, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Baca Juga Ini: Dikesunyian Pedalaman Terus Hadirkan Kebermanfaatan
Semoga Allah memelihara kita semua dari wabah Covid-19 sehingga kita dapat terus menghadirkan amal ibadah dan amal sholeh dalam keseharian kita. Aamiin.*