Pernah mendengar kata atau bahkan berharap dapat bertemu dengan orang baik? Siapa sebenarnya orang baik itu?
Dalam banyak ulasan orang baik biasanya orang pahami dengan kemampuan murah senyum, berpikir positif, menyapa duluan dan lain sebagainya.
Baca Juga: Jadilah yang Terbaik
Tetapi apakah penilaian itu benar atau malah salah? Jelas kita tidak punya landasan.
Tetapi bagaimanapun senyum itu bagian dari sunnah Nabi.
Jadi siapa yang suka tersenyum kepada sesama, ia melakukan kebaikan dan menghasilkan kebaikan.
Baik dalam Pandangan Allah
Namun ada kebaikan yang itu benar dan perlu kita lakukan dalam pandangan Allah SWT.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 177).
Jadi kebaikan itu adalah beriman kepada Allah dan hari akhir.
Beriman kepada para malaikat, juga kepada kitab-kitab, para nabi.
Kemudian mau menginfakkan harta yang dicintai kepada kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, orang dalam perjalanan yang kesulitan, jauh dari keluarga dan kekurangan.
Memberi kepada orang yang meminta-minta karena terpaksa meminta dan berbuat baik kepada hamba sahaya.
Lalu ia mendirikan sholat, menunaikan zakat dan menepati janji apabila berjanji.
Terakhir ia adalah orang yang sabar dalam kondisi kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Nah, kalau semua sifat atau karakter itu ada dalam diri seseorang yang beriman, maka dialah orang yang benar, orang yang bertakwa. Dan, sudah pasti adalah orang yang baik.
Alat Ukur
Jadi, kalau seseorang ingin mengetahui apakah dirinya baik, bukan melihat apakah banyak orang menyukainya.
Tetapi apakah karakter dalam ayat ke 177 Al-Baqarah itu ada dalam diri. Kalau belum ada setidaknya itulah yang terus menjadi perhatian untuk hadir dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Lagi: Meneguhkan Iman agar Semua Kebaikan Berlandaskan Iman
Dengan demikian, kita tidak perlu risau terhadap apapun yang orang katakan. Tetapi “risaulah” pada apa yang Allah sampaikan, bahwa itulah orang baik yang Allah sukai.
Sahabat, tulisan ini terinspirasi dari halaqah Shubuh saya bersama Ustadz Nursyamsa Hadits dan teman-teman di Masjid Ummul Quro, Pesantren Hidayatullah Depok (18/4).*