Home Kisah Sharing Penulisan Berita

Sharing Penulisan Berita

by Imam Nawawi

Sharing penulisan berita yang semarak. Selepas Dhuhur (20/8/22) saya mendapat kesempatan sharing bersama Keputrian Muslimat Hidayatullah. Sekalipun berlangsung secara daring namun antusias peserta interaksi dalam sesi diskusi sangatlah tinggi.

Sebelum masuk ke bahasan pokok yang mengangkat tema “Teknik Melakukan Reportase” ada beberapa hal saya sampaikan sebagai pemantik kesadaran para “pemirsa.”

Baca Juga: Menulis Teks Khutbah yang Menarik

Hal pertama ialah sebuah ungkapan. “Siapa menulis ia merawat akal dan hati. Siapa menulis ia menjaga kekuatan peradaban.”

Ungkapan itu adalah hasil renungan dari berbagai fakta betapa tulisan mampu membuat penulis hidup bahagia, visioner, dan bermanfaat bagi kehidupan. Bahkan tulisannya berkontribusi bagi keberlangsungan peradaban. Itulah para ulama.

Hal kedua ialah sebuah fakta. “Era digital ibarat ladang terbuka. Jika umat Islam tidak menanam, maka jangan marah kalau generasi muda Islam direbut oleh peradaban lain.”

Mulai Menulis

Nah, itu hanya pemantik. Kita kembali pada tema pokok, bagaimana mulai menulis, dalam hal ini menulis berita.

Saya hadirkan satu penyebutan baru dari unsur utama berita yang orang sudah biasa paham 5W1H. Saya ubah menjadi bahasa Indonesia dan sebutannya adalah Asbamdika.

Asbamdika itu maksudnya adalah “Apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana dan kapan.”

Sebagai contoh saya ambil berita wakaf Qur’an oleh BMH Jabar yang menyasar jama’ah 13 masjid di Kelurahan Antapani Wetan, Antapani, Kota Bandung.

Paragraf demi paragraf kita ulas unsur-unsur utama dalam berita itu. Ternyata kita bisa masukkan 4 unsur utama berita pada paragraf pertama sekaligus. Mari simak baik-baik.

“Laznas BMH tidak berhenti menyampaikan amanah kebaikan kaum Muslimin, terkhusus para donatur yang senantiasa terdepan dalam peduli dan berbagi. Terbaru BMH menyalurkan program wakaf Alquran di 13 masjid yang tersebar di Kelurahan Antapani Wetan, Kecamatan Antapani, Kota Bandung (19/8).”

Jelas ya, ada apa, dimana, siapa dan kapan. Jadi, menulis berita sangat-sangat mudah. Meski begitu tetap harus ada komitmen berlatih dan berlatih.

Ketika Sulit Menulis

Pertanyaan yang pertama datang pada sesi diskusi dari Kutai Kartanegara. Ini adalah tempat asal saya belajar dan terbiasa menulis.

Pertanyaannya singkat, bagaimana menuangkan gagasan dan pikiran dalam tulisan. Sebab seringkali terhambat saat akan menguraikannya dalam bentuk tulisan.

Pertanyaan seperti itu umum masuk ke narasumber pada hampir setiap sesi pelatihan atau diskusi tentang menulis. Biasanya jawaban sederhana umumnya penulis, ya, tulis saja.

Tetapi untuk menggugah semangat membaca, saya tegaskan bahwa untuk bisa menulis, sebuah riset mengungkapkan seseorang minimal memiliki 6000-8000 kosa kata.

Jadi, modal yang harus ada dalam diri ketika hendak menulis itu ada 6-8 ribu kosa kata. Tapi itu modal pasif. Modal aktif juga tetap harus ada bahkan lebih kuat, yaitu ketekunan berlatih.

Baca Lagi: 3 Langkah Menulis Skripsi Jadi Mudah

Sebab menulis pada dasarnya adalah skill. Siapa rajin dan tekun berlatih dia akan terampil dalam merangkai kata, kalimat dan narasi dalam bentuk tulisan.

Oleh karena itu setelah usai helatan Madrasah Jurnalistik Mushida ini, setiap anggota keputrian benar-benar komitmen untuk menulis, sekarang, nanti, besok dan selamanya. Insha Alla ketekunan itu akan berkontribusi besar bagi tegaknya peradaban Islam pada masa mendatang.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment