Seperti lazimnya, pagi adalah momentum jemariku menari di atas keyboard. Namun ada satu hal yang lebih dari biasanya. Foto-foto mereka yang tersenyum tulus, benar-benar menggugah syukur dalam jiwa.
Mereka tersenyum bukan karena menerima gratifikasi, apalagi sampai ratusan triliun.
Senyum mereka merekah karena menerima bantuan dari kita semua, umat Islam Indonesia, yang sebenarnya tak seberapa.
Mereka adalah para pengungsi, warga dan anak-anak penyintas gempa Turkiye.
Baca Juga: Membangun Apa?
Sampai hari ke 10 Ramadhan 1444 H ini, tabletku selalu mendapat kiriman update kegiatan Laznas BMH di Kirikhan, Turkiye.
Sahabatku, Dhiyauddin, tak pernah absen, mengirimkan update kegiatan berbagi kebaikan bersama warga pengungsi. Dan, itu memang yang selalu kunanti setiap hari berganti. Alhamdulillah.
Persaudaraan
Ketika manusia bersaudara, maka sedikit yang kita hadiahkan kepada yang membutuhkan, maka itu akan terasa sangat membahagiakan dan menenteramkan.
Terasa bahwa Allah Maha Kuasa. “Fa’aalul Limaa Yuriid” kata Tuhan dalam Surah Al-Buruj ayat ke 16. “Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.”
Ketika Allah mendatangkan bencana. Allah Maha Kuasa mendatangkan pertolongan-Nya dari berbagai arah, termasuk dari Indonesia melalui Laznas BMH.
Mungkin itulah yang menjadi pemahaman mereka yang kini harus tabah hidup dalam pengungsian.
Jadi, apapun yang mereka terima, senyum tulus selalu merekah dari bibir mereka semua. Mulai anak-anak, remaja, dewasa hingga kakek dan nenek. Semua tersenyum.
Padahal, kala melihat kembali, bantuan yang kita berikan, bukanlah bantuan yang berarti. Hanya sebuah paket pangan, membantu menyediakan ifthor dan buka puasa. Tetapi bagi mereka, secara hakikat itu datang dari Allah.
Jiwa Syukur
Pada mereka yang tabah menghadapi ujian bencana, kita seharusnya belajar apa itu syukur.
Baca Lagi: Siapa Sih yang Gak Perlu Uang?
Mereka yang tak memiliki apa-apa, masih bisa tersenyum. Bahkan mungkin mereka beruntung, iman mereka berlipat ganda bangkit.
Sedangkan orang yang mendapatkan banyak kebaikan, hidup tenteram, mengapa masih harus mengeluh.
Bukankah begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan. Justru sebagian dari kita penting berpikir untuk memberi.
Memberi dengan apa yang kita miliki. Bisa harta, uang, atau kebaikan apapun.
Orang sepertiku mampu memberikan “sedekah” narasi, maka itu terus ku lakukan, sebagai wujud peduli, cinta dan berbagi kepada agama, bangsa dan negara.
Jadi, mari bersyukur, mari berbagi dan mari hadirkan senyum-senyum tulus dari mereka yang membutuhkan. Insha Allah itu adalah jalan terbaik untuk jiwa ini senantiasa mampu bersyukur.*