Jumat (27/8) menjadi hari yang istimewa bagi saya. Tak biasanya saya melangkah ke luar rumah di hari mulia, terutama sejak pandemi terjadi. Tetapi kai ini, Alhamdulillah, di hari mulia saya dapati senyum bahagia mereka, para santri Muara Gembong.
Mereka adalah para santri TPQ Al-Husna yang berada di Kampung Bulak, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Menjangkau lokasi ini butuh waktu tempuh sekitar 4 sampai 5 jam. Ini dilakukan dimasa PPKM level 3 yang kendaraan memang tidak sepadat kondisi normal.
Bekasi, bagi banyak orang mungkin lebih pada Kota Bekasi.
Baca Juga: Bahagia dan Membahagiakan
Tetapi, Bekasi yang mengarh ke Muara Gembong ini memang tidak benar-benar dekat, bahkan boleh jadi banyak orang tak sadar ada bagian dari daerah Bekasi yang begitu jauh dari kota.
Jauh dan Tak Mudah Air Bersih
Kampung Bulak ini berada tepat lima kilometer dari bibir laut. Jadi, kondisi air di sana memang payau, orang setempat menyebutnya asin.
Jadi, setiap hari mereka mengandalkan air minum isi ulang untuk kebutuhan masak, mandi dan minum.
Selebihnya, warga menarik pipa dari sungai terdekat untuk kebutuhan seharihari. Kala air laut tidak pasang, maka airnya cukup membantu. Tetapi kalau sudah pasang, masuk ke sungai maka semua akan terganggu.
Tidak saja hewan yang hidup di air tawar, sawah pun akan terganggu, kala air sungai didatangi air laut.
Oleh karena itu, kala Laznas BMH datang ke Masjid Al-Husna dan membangun fasilitas sumur bor untuk masjid dan warga, kebahagiaan mereka begitu luar biasa.
“Apalagi ini sudah mulai paceklik (lama tidak hujan), kemarin ada warga datang ke masjid, airnya sudah mengalir belum, dilihatnya mengalir, senang sekali mereka,” tutur dai di Kampung Bulak, Ustadz Payumi (35).
Jadi, fasilitas sumur bor sedalam 80 meter ini akan benar-benar menjadi andalan warga untuk kebutuhan air bersih ke depannya.
Beras untuk Santri
Selain sumur bor, BMH juga berikan program penyaluran beras untuk santri.
Program ini untuk berikan kepedulian kepada anak-anak yang rajin mengaji, sehingga mereka hari itu bisa pulang ke rumah dengan oleh-oleh beras untuk keluarga mereka.
Semua santri, mulai dari anak-anak sampai remaja tersenyum bahagia.
Bagi mereka bukan soal berapa kilogram beras yang bisa dibawa pulang ke rumah, membawa beras itu sendiri untuk orangtuanya adalah satu kebanggaan dan kebahagiaan.
“Senang sama BMH, bangun sumur bor dan hadiahi kami beras,” tutur seorang santri Arif (12).
Perjalanan jauh yang pulang pergi makan waktu lebih dari 10 jam ini menjadikan jiwa kami diliputi energi.
Baca Lagi: Senyum Sebagai Strategi Dakwah
Dan, tentu saja, semua ini adalah buah dari kolaborasi, sinergi dan hakikatnya ketaatan umat Islam dalam menjalankan perintah zakat, infaq dan sedekah, sehingga kebaikan tak pernah mengenal kata berhenti. Subhanallah.*