Home Kisah Senang Duduk Bareng Kang Maman
Senang Duduk Bareng Kang Maman

Senang Duduk Bareng Kang Maman

by Imam Nawawi

Tanpa bermaksud memberikan puja-puji, apalagi mengkultuskan seseorang, saya dan teman-teman memang merasa senang saat duduk bareng Kang Maman.

Tenang saya dan teman-teman beragam. Ada yang senang karena melihat sosok yang pernah sangat populer dalam acara Indonesia Lawak Klub akhirnya bisa mereka temui langsung bahkan menjabat tangannya.

Baca Juga: Malu Kepada Buya Hamka, Mengapa Kita Tidak Menulis

Ada yang senang karena Kang Maman yang begitu padat aktivitasnya selalu menyempatkan diri hadir dalam program kebaikan dan keumatan bersama BMH.

Saya sendiri merasa sentosa bertemu Kang Maman karena dua hal setidaknya. Sama-sama suka membaca dan menulis. Kemudian sangat menikmati silaturahmi.

Tetapi ada satu hal yang juga sangat saya sukai, yaitu kemampuan beliau menggubah kalimat yang dalam dan “maknyes” ke dalam pikiran dan jiwa orang-orang yang mendengarnya.

Kurban

Soal kurban, tepat saat sesi Kang Maman memaparkan pandangannya, muncul kalimat yang menurut saya sangat penting untuk mendorong diri mau berkurban.

“Kurban itu bukan kita mengorbankan harta kita. Tetapi kurban itu kita melipatgandakan manfaat dari harta kita.”

Menyusun kalimat seperti itu bisa saja spontan bagi Kang Maman alias mudah. Tetapi ini butuh satu jenis latihan dan kecerdasan tersendiri.

Ramadhan 1444 H yang lalu, Kang Maman juga menelurkan satu kalimat yang sangat penting menurut saya.

Zakat itu bukan gaya hidup. Tetapi zakat itu harus melahirkan daya hidup.

Kang Maman mengatakan, “Tidak tepat bahwa zakat itu gaya hidup, justru zakat itu daya hidup. Zakat mengubah gaya menjadi daya.”

Duduk Kapanpun

Bertemu Kang Maman bagiku tidak saja pas duduk, kemudian makan dan minum bareng. Kala di kediaman, saat saya meniatkan membaca, maka terasa Kang Maman selalu duduk bersama.

Saya sangat berbangga hati, ketika hendak membeli karya pria yang mengaku fakir rambut itu, “Aku Menulis Maka Aku Ada” tidak berhasil.

Baca Lagi: Menggali Ide Kang Maman

Saya sampaikan kerahkan dua teman yang bersama kala itu untuk betul-betul mencari dimana buku itu terpajang. Tetapi tetap gagal.

Ada sedikit kesal, kok bisa gak ada, padahal ini toko buku luas juga, terasa juga pegal kali kalau keliling.

Namun, begitulah Allah mengatur.

Ketika saya bertemu Kang Maman dan mengabarkan bahwa saya tidak berhasil menemukan bukunya, Kang Maman langsung pergi kemudian kembali dan menghadiahkan saya buku yang kucari itu, “Aku Menulis Maka Aku Ada.”

Saya akan berikan satu kutipan dari buku itu.

“Aku kalau membaca sebuah artikel, esai, puisi, dan menyukainya, aku akan baca berulang-ulang, entah keseluruhannya, entah bagian tertentu yang membetot perhatianku, yang bisa jadi membuatku harus membaca kembali dari awal. Apa yang dimaksud kalimat atau alinea ini? Aku baca lagi dari awal.” (halaman: 124).

Jadi, bagi sahabat yang lama ingin menulis tetapi tidak berhasil, jangan bersedih apalagi berhenti. Anda akan bisa menulis, kalau Anda senang membaca, membaca dari awal, membaca berulang kali dan tidak pernah berhenti iqra, read, membaca.

Sebuah pesan ketika saya duduk bersama buku itu tak pernah bisa menjeda diri untuk berhenti membaca. Terimakasih, Kang Maman.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment