Home Kajian Utama Semua Bermula Dari Sini
Semua Bersumber dari Sini

Semua Bermula Dari Sini

by Imam Nawawi

Semua bermula dari sini. Ya, dari dalam hati manusia. Mengapa ada orang mau berbohong, mencuri dan menipu, itu karena kondisi hatinya.

Demikian sebaliknya, mengapa ada orang mau sabar, ikhlas dan tetap tawakkal meski hidup selalu jadi target pemainan kotor orang lain, itu juga karena kondisi hati.

Baca Juga: Bahagia Menikmati Proses Perjuangan

Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya dalam hati ada segumpal daging. Yang kalau ia baik, maka baik pula seluruh anggota tubuh. Dan, kalau ia rusak, akan rusak pula seluruh anggota tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bentuk Kerusakan

Karena ketika hati rusak maka anggota tubuh lain rusak, maka sebenarnya mudah setiap orang memahami apakah hatinya baik atau rusak.

Jika mulut seseorang suka mencaci, menghina dan ia tahu bahwa dirinya juga tidak suci, penuh salah dan dosa, maka itu masalahnya ada dalam hati.

Tapi orang seperti itu tidak otomatis bisa bekerja akal sehatnya. Lalu memilih mendapat ilmu dan nasihat, ia akan semakin menjadi-jadi dengan kejahatannya.

Tidak lain karena hatinya telah rusak. Dan,, kalau hati rusak, tidak mungkin mulut, tangan dan kaki yang diperbaiki. Harus kembali, pertama harus kita obati adalah hati.

Oleh karena itu Islam punya konsep yang namanya muhasabah. Yang setiap jiwa melihat ke dalam, menghisab dirinya sendiri, sebelum melihat kemana-mana dari orang lain.

Sucikan

Islam juga mendorong agar hati sehat, baik dan prima, senantiasa menjaga dengan mensucikannya.

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam: 9-10).

Tafsir Al-Mukhtashar menerangkan orang yang mensucikan jiwa (hati) itu adalah yang menghiasi diri dengan sifat-sifat kebaikan. Kemudian mengosongkan jiwa (hati) dari sifat-sifat keburukan, yakni beragam dosa dan kemaksiatan.

Syaikh Prof Dr Umar bin Abdullah Al-Muqbil menerangkan bahwa jiwa seseorang kala tidak diurus maka Iblis yang akan jadikan sebagai pintu masuk.

Maknanya ialah tidak disucikan, maka Iblis akan senang dengan kondisi jiwa (hati) yang seperti itu.

Oleh karena itu cara terbaik untuk diri hidup bahagia, bermanfaat dan maslahat bagi umat adalah dengan menata dan mensucikan hati.

Orang bisa memiliki gelar pendidikan setinggi apa pun. Tapi kalau hatinya rusak, kebaikan apa yang bisa ia hadirkan.

Sebaliknya orang bisa hidup tanpa gelar macam-macam. Tapi kalau hatinya baik, insha Allah sedikit keburukan yang akan keluar dalam tutur dan perilakunya.

Baca Lagi: Tinggalkan Jejak Kebaikan

Jadi, dalam kehidupan seperti sekarang, mari kita melihat ke dalam, bagaimana kondisi jiwa ini. Apakah sehat, sakit atau tragis. Setelah mengetahui itu maka kita pun akan tahu apa yang perlu kita lakukan, yakni menjaga, merawat dan tidak membiarkannya rusak dan kotor.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment