Sebagian besar orang, utamanya yang usia dewasa melihat belajar tidak lagi penting. Apalagi kalau bentuknya tidak formal. Semangat belajar seakan wajib turun kalau sudah tak lagi kuliah. Apalagi sekedar belajar berbicara.
Padahal Nabi Muhammad menyampaikan, tugas belajar itu dari masa bayi dalam kandungan sampai nafas terakhir di muka bumi ini.
Baca Juga: Gairah Kampung Hijrah
Jadi, tidak tepat kalau ada seorang pemuda, termasuk orang tua yang kehilangan semangat untuk belajar.
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur. Akhir pekan lalu (12/3/22) Allah berikan kesempatan saya belajar dalam agenda “Upgrading Instruktur Daurah Marhalah Ula” di Pesantren Marhamah, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur.
Bicara dengan Baik
Berbicara, sudah banyak orang tahu, semua biasa melakukannya. Tetapi bagaimana kalau harus berbicara dalam forum, menjelaskan ide, pelajaran dan gagasan?
Termasuk kalau bicara harus memberikan pemahaman, wawasan, sekaligus kesadaran. Tentu ini bukan perkara yang bisa orang miliki tanpa belajar dan berlatih.
Ustadz Abdullah Said pernah mengatakan bahwa dalam dakwah (mengajak manusia kepada jalan Allah) tidak cukup hanya dengan bekal retorika. Tetapi sangat butuh terhadap iman yang ada dalam hati itu sendiri.
Meski demikian, berbicara tetap membutuhkan ilmu. Terlebih kalau ingin pesan yang diuraikan benar-benar sampai kepada pendengar.
Pertama, harus mengenal dengan baik siapa yang akan menjadi pendengarnya (komunikan).
Kedua, pilihan diksi dan tingkat pendidikan peserta.
Ketiga, harus memahami alasan mengapa pesan itu penting bagi komunikan.
Keempat, hasil yang menjadi harapan penyelenggara. Apakah hasil hanya sebatas menambah wawasan atau membangun kesadaran dan pola sikap dalam kehidupan.
Semakin jelas dan terang empat poin itu, maka semakin besar kemungkinan seorang instruktur berhasil dalam tugas utamanya, berbicara membentuk kesadaran baru bagi komunikan.
Ilmu Senior
Sebagai makhluk sosial kita tidak hidup sendirian.
Alhamdulillah, saya pada kesempatan itu juga mendapat paparan pengalaman dan ilmu senior.
Seperti dari Ustadz Karyadi, Ustaz Asep Supriatna, Bang Isnaeni dan lainnya.
Mereka semua menjelaskan bahwa dalam mengelola training, langkah paling penting ialah niat.
“Mesti ikhlas karena Allah. Kalau jiwa belum tenang, usahakan membaca Surah Al-Fatihah, sampai hati tenang dan siap,” kata Ustadz Asep Supriatna.
“Dalam berbicara kita mesti memahami betul audiens. Nah, dalam DMU nanti audiens adalah remaja, kelas XII SMA. Jadi persiapan diri, mulai penguasaan materi sampai diksi yang tepat, termasuk psikologi harus benar-benar siap,” sambung Ustadz Karyadi.
Terakhir Bang Isnaeni yang pernah menyabet The Best Speaker dalam sebuah ajang nasional menekankan pentingnya performance seorang instruktur.
Baca Lagi: Ertugrul
“Siapkan memang kerapian, mulai dari kumis, rambut, pakaian. Usahakan warnya celana dengan baju termasuk jas matching. Kemudian body language mesti mendapat perhatian, mulai dari buka pintu, hingga cara berjalan dan berbicara. Semua ada caranya. Tidak boleh asal-asalan,” tegasnya.
Rasanya ingin menyampaikan semua pengalaman hari ini, tetapi sepertinya itulah poin utama yang saya lihat penting bagi semua generasi muda. Selamat memahami, mencoba dan merasakan.*