Siang kemarin saya mendapat tugas ikut mengawal kegiatan Publik Ekspose BMH di Hotel Sofyan, Tebet, Jakarta Selatan (8/4).
Banyak hal yang terjadi, baik sebelum berangkat, di lokasi, maupun pasca acara. Sebelum berangkat saya harus rela memulai satu pertemuan dalam keadaan telah menanti lebih dari 30 menit.
Padahal, malam hari sebelumnya, saya sudah janjian dengan kolega untuk berangkat bersama. Karena ada agenda yang tertunda maka rencana ini berubah. Kalau bahasa orang baper, ini gagal namanya.
Akan tetapi, kala sikap kita tenang, fokus dan berorientasi pada kebaikan, ternyata hal itu – yang dalam bahasa sebagian orang disebut gagal – juga memberi keberkahan tersendiri.
Saya bisa ditemani oleh kolega lain dan menariknya saya bisa naik KRL. Satu moda transportasi yang sejak pandemi datang, ular besi itu tak pernah kunaiki. Alhamdulillah.
Di dalam KRL itulah saya dan kolega diskusi tentang nilai dan hakikat hidup. Tentu ini menjadi satu pemandangan ganjil bagi penumpang lain, sebab umumnya mereka senyap karena masing-masing menundukkan kepala, tapi bukan untuk mengheningkan cipta, melainkan cek handphone.
Tiba di stasiun tujuan, saya mendapati aplikasi ojol saya langsung ketemu driver dan bisa ambil opsi now, sehingga saya bisa langsung ke acara. Sesampai di lokasi acara saya langsung ditemui kolega lainnya dan mengatakan permintaan maaf sembari menjelaskan kronologi yang dihadapinya.
Saya hanya mengatakan, “Sesuatu harus diambil dari yang mengetahui. Dan, ini menjadi satu catatan ke depan agar jalan kita semakin terang dan memberdayakan.”
Baca Juga: Pentingnya Evaluasi Kehidupan
Kolegaku itu tersenyum puas, karena bukan cacian dan makian yang didapatkan, tapi satu pelajaran, bagaimana seharusnya hidup dengan mengedepankan ilmu dan pemikiran yang dilandasi keikhlasan dan kebenaran.
Hikmah
Nama lain dari menimba ilmu ialah mengambil hikmah. Jangan keliru, hikmah menurut Alquran, apabila diberikan kepada seseorang yang Allah kehendaki, berarti orang itu akan mendapatkan kebaikan yang amat banyak.
Ibn Katsir dalam tafsirnya menukil pendapat Ibnu Abi Najih yang menceritakan ungkapan dari Mujahid, “Yang dimaksud dengan hikmah di sini adalah tepat dalam ucapan.”
Sedangkan Ibrahim An-Nakha’i mengatakan “Hikmah berarti pemahaman.”
Dengan demikian hikmah mesti dicari bahkan diperjuangkan. Ia seperti ilmu, tidak bisa datang apalagi dimiliki kecuali dengan niat dan perjuangan yang benar.
Terlebih di akhir ayat tentang hikmah ini (Al-Baqarah ayat 269) disebutkan bahwa yang bisa mengambil hikmah adalah orang-orang yang mau berpikir.
Ibn Katsir menegaskan, “Tidak ada yang mengambil pelajaran dari suatu nasihat dan peringatan kecuali orang-orang yang memiliki hati dan akal, yaitu ia memahami apa yang sedang dibicarakan dan makna yang terkandung dalam firman Allah Jalla Jalaluh.”
Ilmu
Seusai ketemu kolega saya itu, saya pun mengikuti tahap demi tahap acara. Alhamdulillah bertemu dengan banyak orang baru yang dikenal, mereka seperti biasa-biasa saja, tapi ada cengkeraman kesabaran yang kuat dan kesungguhan di dalam profesi yang digeluti.
Pada akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa kalau diri kita banyak melihat dengan tuntunan Allah maka dimanapun, kapanpun dan bertemu siapapun kita bisa menimba ilmu. Alhamdulillah cukup banyak ilmu yang kuperoleh dari sesi acara kemarin.
Baca Juga: Berpikir itu Ibadah
Satu yang paling dominan kudapati adalah hadirkanlah satu konsep pemberdayaan yang menjadikan izzah umat Islam bangkit dan mereka menjadi manusia-manusia yang beradab. Ini yang hingga detik saya menuliskannya belum terpecahkan bagaimana caranya.
Tapi saya yakin, Allah akan terus menambahkan ilmu dan kekuatan untuk mengamalkannya. Insha Allah.*
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah