Home Artikel Sektor Pangan Penentu Masa Depan Dunia
Sektor Pangan Penentu Masa Depan Dunia

Sektor Pangan Penentu Masa Depan Dunia

by Imam Nawawi

Saat dunia membanggakan sektor teknologi, ternyata kini dunia berguncang karena krisis pangan. Indikasinya jelas yakni terjadinya resesi.

Stephen Rudgard perwakilan FAO yaitu Organisasi Pangan dan Pertanian PBB di Indoensia mengatakan bahwa generasi muda dan individu harus “menekuni” bidang makanan dan kuliner. Karena tantangan besar dunia adalah kelaparan.

Untuk selamat dari ancaman kelaparan, ia pun memberikan tindakan konkret walau sederhana. Yaitu dengan tidak menyia-nyiakan bahan makanan atau makanan.

Baca Juga: Penguatan Kehidupan Ekonomi Kota-Desa

Ia mendorong agar mulai memasak makanan dengan metode yang tepat untuk memperbaiki status gizi dan sebagainya.

Rekomendasi yang tak kalah penting ialah menggandakan produktivitas pertanian, menjamin pertanian berkelanjutan, dan meningkatkan kapasitas produktif pertanian.

Makan Tak Bisa Virtual

Ketika dunia demam teknologi informasi dan komunikasi, semua harus bergerak ke alam virtual.

Sekarang banyak rapat, diskusi, seminar dan apapun tanpa harus tatap muka. Cukup via zoom, teknoogi telah menyediakan ruang.

Uang pun mulai bergerak dari kertas ke digital. Bahkan belanja cukup bayar pakai uang digital.

Akan tetapi satu-satunya hal yang tak bisa bergerak ke alam virtual adalah makan dan minum. Kalau seseorang lapar, ia tak mungkin bisa kenyang dengan memandangi makanan dan minuman virtual. Ia harus makan nasi dan minum air.

Lahan Pertanian

Sayangnya Indonesia justru mengalami kondisi yang memprihatinkan. Republika melaporkan setiap tahun ada 60 ribu hektare lahan pertanian Indonesia menyusut.

Sebagian berubah fungsi jadi proyek pembangunan jangka panjang seperti kompleks perumahan, pembangunan pabrik, fasilitas jalan tol hingga fasilitas umum fisik lainnya.

Belum lagi kalau bicara generasi yang siap jadi petani. Dari 64,50 juta jiwa penduduk berumur pemuda hanya 21% yang menekuni sektor pertanian.

Berbeda dengan pemuda yang terjun pada sektor jasa, mencapai angka 55%. Itu berarti banyak anak muda tidak tertarik bekerja pada sektor pertanian.

Teknologi Pertanian

Kondisi itu berbeda dengan negara yang maju sektor pertaniannya. Sektor pertanian lebih menjanjikan, karena langsung berurusan dengan perut dan kebutuhan utama manusia secara terus menerus.

China memiliki 315 juta jiwa bekerja pada sektor pangan. Jelas angka itu di atas populasi Indonesia yang masih 267 juta jiwa.

Kemudian Jepang. Teknologi pertaniannya tinggi dan maju. Petaninya kreatif dan bahkan bisa menanam di ruang bawah tanah, pekarangan rumah, pinggiran kereta api dan sebagainya.

Jepang sudah punya traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin panen. Kemudian untuk menghalau hama Jepang sudah terapkan lampu LED.

Pada intinya, generasi muda akan mau jadi petani kalau teknologi pertanian maju. Karena hanya itu yang memungkinkan jadi petani tetap punya income yang tinggi.

Dan, mungkinkah itu akan terjadi, mengingat banyak orangtua yang dirinya petani memberi nasihat agar anaknya jangan sampai jadi petani seperti dirinya?

Baca Lagi: Belajar Kebijakan Ekonomi Para Penguasa

Padahal ke depan, negara yang akan stabil dan sangat kuat ialah yang sektor pertaniannya tangguh.

Eropa dan Amerika silakan memiliki senjata canggih, tapi kalau tidak bisa makan, maka mereka akan menjual semua senjata itu agar tidak kelaparan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment