Ketika manusia memandangi fakta-fakta akibat pandemi, tentu dunia seakan tak lagi memberi celah harapan. Namun, kala diri sadar akan cara Allah memberikan peluang kepada manusia, maka hari inilah, sekaranglah, di hari Arafah kesempatan terbaik itu hadir.
Ada dua sebab mengapa sekarang menjadi kesempatan terbaik. Pertama, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Araah.” (HR. Tirmidzi).
Baca Lagi: Hidup Hanyalah Perjalanan
Kedua, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada hari yang paling banyak Allah bebaskan hamba-Nya dari api neraka kecuali hari Arafah.” (HR. Muslim).
Bahkan, ketika nama hari ini adalah Arafah yang berarti bagian tak terpisahkan dari ibadah Haji, Allah tetap buka kesempatan terbaik itu bagi kaum Muslimin yang belum mampu atau tidak berkesempatan haji.
“Berpuasa pada hari Arafah (untuk) melebur dosa-dosa setahun sebeum dan sesudahnya.” (HR. Muslim).
Jelas Fokus
Berdasarkan keterangan di atas, maka jelas fokus yang harus dilakukan oleh umat Islam pada hari Arafah ini.
Pertama ialah berdoa. Berdoa terkadang identik sebagai amalan biasa.
Padahal tidaklah orang akan berdoa, melainkan dia sadar bahwa dirinya adalah hamba dan karena itu ia butuh akan pertolongan Allah Ta’ala.
Doa juga bentuk dzikir kepada Allah. Orang yang tidak ingat kepada Allah tidak akan mungkin memohonkan doa-doa kepada-Nya. Jadi, perbanyak doa itu artinya sama dengan pertajam keyakinan dan perkuat permohonan untuk mendapat pertolongan Allah.
Dalam kata yang lain, kita harus sadar bahwa kita sebagai manusia tidak punya daya apa-apa, maka mintalah kepada Allah.
Kedua, berpuasa. Berpuasa berarti menahan diri, maka pada hari ini tahanlah diri dari melakukan hal-hal yang dapat merusak iman, pikiran, bahkan kehidupan kita.
Berpuasa juga harus menghadirkan semangat hidup berbagi dan peduli. Karena dalam puasa kita merasakan bagaimana lapar dalam perut, haus di tenggorokan dan lemas di dalam badan
Namun, karena ada kesadaran bahwa puasa ini adalah sebagai wujud ketaatan, maka dalam kondisi berpuasa, harapan, optimisme, bahkan keyakinan kepada Allah justru terus ditingkatkan dan dipertajam.
Meraih Kekayaan
Satu kesempatan emas pula di dalam bulan Dzulhijjah ini ialah menjalankan sunnah berqurban. Hendaknya kaum Muslimin yang memiliki kelapangan harta menunaikan ibadah qurban
Namun, ini jelas bukan perkara ringan. Ada prasyarat yang harus ada di dalam diri seseorang. DI antaranya ialah shalatnya benar, mengerti apa itu sabar dan ingin mengamalkannya, dan sangat ingin meraih kekayaan dalam arti kebaikan di dunia sekaligus di akhirat.
Ruang itu bisa diwujudkan dengan berqurban. Qurban berasal dari kata “qaruba-yaqrubu” yang artinya dekat. Kemudian ditambah tasydid sehingga menjadi “qarraba-yuqarribu’ yang artinya mendekatkan.
Jadi ada kesempatan untuk mendekatkan diri pada kekayaan yang hakiki yakni kebaikan berupa pahala dan ridha Allah di hari Arafah ini yang disempurnakan dengan esok, 10 Dzulhijjah dengan melaksanakan ibadah qurban.
Namun, menjalankan ibadah qurban bukan berarti setelah itu selesai upaya melakukan kebaikan. Karena hakikat qurban ialah memastikan iman dan taqwa kian tajam.
Baca Juga: Jadilah Top Skor Kebaikan
Karena itu, setelah Idul Adha dalam hidup ia akan mudah untuk berkorban bagi kemajuan umat, entah melalui korban kekayaan, pikiran, tenaga, waktu dan perasaan. Insha Allah orang yang banyak berkorban akan banyak meraih kebahagiaan.
Karena berkorban itu adalah makanan bagi jiwa manusia. Semakin banyak, semakin sering seseorang berkorban, maka jiwanya akan semakin tercukupi nutrisinya, sehinggga pandangannya dalam kehidupan ini bukan saja harta yang dinilai sebagai kekayaan, tetapi juga ketaatan atas dasar iman dan ketaqwaan.*