Semalam (9/11/22) saya mendapat tugas menjadi keynote speaker dalam gelaran webinar Pemuda Hidayatullah bersama Laznas BMH yang mengangkat tema “Bergerak Maju Kobarkan Api Kepahlawanan.”
Posisi tersebut sebenarnya lebih karena saya berkewajiban untuk mengelaborasi dua sisi penting, yakni kaum muda dan gerakan zakat, infak dan sedekah yang harus menjadi satu-kesatuan untuk mengobarkan api kepahlawanan kini dan ke depan.
Saya pun mengutarakan tiga fakta penting yang kini sedang melanda dunia. Mulai dari resesi ekonomi yang mengguncang dunia termasuk Indonesia. Yang itu meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia bahkan Amerika dan Eropa.
Berita terbaru juga menyebutkan bahwa saat ini Jawa Tengah tengah menghadapi gelombang PHK yang memakan korban 20.000 karyawan. Termasuk 10 ribuan orang lebih yang pada September 2022 telah di PHK.
Baca Juga: Sholahuddin Al-Ayyubi di Tangan John Man
Kemudian soal bagaimana kita merawat kedaulatan NKRI. Jangan sampai kaum muda lengah, kemudian teritori Indonesia jadi lokasi untuk pertempuran terjadi, baik dari dimensi ideologi apalagi sampai militer.
Indonesia jangan sampai seperti posisi Ukraina atau Suriah. Kalau itu terjadi, maka Indonesia akan mengalami begitu banyak kerugian yang tidak terkira.
Terakhir, apa kontribusi yang kita siapkan untuk menjawab semua tantangan itu. Gerakan zakat, infak dan sedekah, termasuk instrumen penting untuk kita maksimalkan menjawab semua soal itu. Sekalipun tentu saja, aspek lain juga harus bergerak maju.
Islam dan Indonesia
Mengutip hasil riset peneliti dari Jepang, fakta sejarah menunjukkan bahwa Syarikat Islam adalah organisasi yang secara langsung mendobrak kejumudan, merajut persatuan dan kesadaran untuk menjadi bangsa yang merdeka.
Oleh karena itu Hadi Nur mendorong kaum muda sadar bahwa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Islam. Pun demikian, Islam tidak bisa dipertentangkan dengan Indonesia.
Mengutip ungkapan Buya Hamka, Indonesia dan Islam itu satu. Manakala orang Islam baik dalam menjalankan agama, maka ia sedang menghidupkan Pancasila. Manakala ada orang yang hidup dengan komitmen Pancasila, tidak mungkin orang yang seperti itu akan mengabaikan perjuangan Islam.
Lebih konkret, Mazlis B Mustafa menerangkan bahwa api perjuangan kala 10 November 1945 tidak mungkin membara dan membakar tanpa injeksi sebuah semangat dalam lafadz “Allahu Akbar.”
Langkah Strategis
Lantas bagaimana cara kita mengobarkan kembali api kepahlawanan itu?
Bakornas Lapenmi PB HMI, yang dalam hal ini adalah direkturnya, Asran Siara memberikan solusi penting melalui upaya membangun kembali kemajuan pendidikan Indonesia.
Sayangnya sampai kini problem pendidikan Tanah Air masih belum hadir sebagai kekuatan yang membanggakan.
Bangsa ini tidak mungkin maju hanya karena kekuatan ekonomi, politik dan militer semata. Tetapi juga pendidikan.
Baca Lagi: Ujian Terberat Pemimpin
Oleh karena itu ia mendorong kaum muda sadar ilmu, terus berlatih kepemimpinan dengan aktif dalam organisasi. Kemajuan teknologi harus dijiwai oleh kesadaran akan pentingnya setiap diri aktif dalam gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada akhirnya, Hari Pahlawan, harusnya menjadi momentum penting kita semua untuk sejenak dialog, merenung dan menyiapkan langkah konkret menjawab masalah dan tantangan yang membentang.
Jika Allah menghadirkan kita hidup pada masa ini, maka tentu Allah menanti apakah ktia mau menjawab itu semua. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan kekuatan.*