Home Kajian Utama Buku yang Kian Dijauhi
Jangan lelah membaca buku

Buku yang Kian Dijauhi

by Mas Imam

Kalau mau jujur dan bertanya kepada diri sendiri, seberapa sering membaca buku, boleh jadi jawabannya hanya senyuman. Mengapa?

Buku kini menjadi barang langka. Orang semakin hari semakin jauh bahkan mungkin asing.

Wajar jika kemudian, Prof. DR. Hamid Fahmi Zarkasy prihatin dengan masalah ini.

Beliau mengatakan, “Orang membeli buku harga 100 ribu itu (terasa) mahal. Tapi kalau nongkrong di cafe (menghabiskan) 200 ribu itu (dianggap) murah. Artinya orientasi perut lebih besar dariapda orientasi otak.”

Jadi – tanpa bermaksud menghubung-hubungkan – jika situasi politik Tanah Air banyak berisi pertengkaran, rebutan, dan rampas-merampas, maka itu memang indikasi kuat bahwa kualitas otak menurun. Sementara syahwat perut meningkat.

Baca Juga: Menalar Pernyataan dalam Politik

Tidak salah kalau Rocky Gerung sering mengatakan bahwa bangsa ini dibangun oleh orang-orang yang punya jalan pikiran. Artinya mereka adalah pembaca ulet, visioner dan juga berjiwa tangguh dalam perjuangan.

Pertanyaannya darimana jalan pikiran dibangun jika tidak dari membaca?

Tragis

Tragis itu memang tepat untuk menggambarkan betapa kesadaran membaca di negeri ini masih rendah.

Pernah, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) menunjukkan data persentase minat baca anak Indonesia yang ternyata berada di angka 0,01 persen.

Angka itu berarti, dari 10.000 anak Indonesia, hanya satu anak yang senang membaca. Tentunya hal ini sangat memprihatinkan.

Kemudian, disebutkan bahwa minat baca di Indonesia berada pada urutan ke 63 dari 70 negara. Terhadap fakta ini apa istilah yang tepat agar hadir kesadaran besar bangsa ini harus banyak membaca?

Langkah Nyata

Lantas apa yang bisa kita lakukan dalam menjawab tantangan ini?

Pertama, mulailah membaca buku yang kita miliki. Jika tidak ada rasa cinta, nyaman dan enjoy, cobalah berjuang, paksa dirimu untuk memulai membaca.

membacalah walau sedikit dalam sehari

membacalah walau sedikit dalam sehari

Seperti perokok berat, awal kali menghisap asap rokok ia akan batuk-batuk. Tapi karena ada usaha akhirnya asap itu pun dirasakannya nikmat. Pepatah mengatakan ala bisa karena biasa.

Kedua, niatkan membaca sebagai kepatuhan menjalankan perintah Allah Ta’ala.

Kalau diri tidak sadar bahwa membaca itu penting dan mulia, sadarlah bahwa perintah Allah yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca. Bahkan bukan membaca biasa, tetapi membaca dengan nama Rabb, Iqra’ Bismirabbik.

Ketiga, sadarlah bahwa bangsa ini pernah dijajah 3,5 abad oleh Belanda karena ketertinggalan kita dalam membaca.

Kata Prof. Uman Suherman, bangsa yang lebih banyak membaca dan karena itu lebih banyak berpikir dan lebih pinter, pasti akan mengugguli bangsa lain yang tidak lebih banyak membaca, berpikir dan tidak lebih pinter.

Baca Juga: Berpikir itu Ibadah

Harus jujur diakui, kita dijajah oleh Belanda karena kita kalah pinter dari mereka. Maka, perbanyaklah membaca jika negeri ini ingin lebih baik, maju dan berpengaruh.

Kalau ingin benar-benar hebat, membacanya pun harus mulai diarahkan dengan prinsip dasar Iqra’ Bismirabbik.

Jadi, apakah sudah siap berakrab ria dengan membaca buku?

Mas Imam Nawawi_Perenung Kejadian

Related Posts

Leave a Comment