Kalau orang mengatakan bahwa ada bakso nikmat, lalu kita mencoba dan ternyata benar, maka kita akan senang sekali. Begitu pun dalam hal berpikir. Begitu kita tahu cara berpikir dan menikmatinya, bahagia akan datang dengan sangat mendalam.
Bagaimana caranya? Mari kita diskusikan bersama.
Semalam (21/1) hujan turun membasahi bumi. Sekira pukul 01:30 saya menyadari hal itu. Kemudian selepas Subuh saya beranjak ke STIE Hidayatullah Depok. Udara sangat sejuk, kendaraan masih jarang. Menghirup napas terasa sangat lega.
Kedatangan saya ke STIE Hidayatullah Depok dalam rangka memberikan paparan tentang Filsafat Dasar. Sebuah materi penting dalam gelaran Leadership Training Center (LTC) yang jadi hajat Pemuda Hidayatullah dalam mendorong peningkatan kualitas kader.
Mulai Berpikir
Bagi mahasiswa berpikir bukan hal yang mudah. Namun kalau mereka mau mencoba, berlatih dan membiasakan diri, mereka akan mampu menikmati aktivitas berpikir dengan baik. Kata Buya Hamka, manusia adalah budak kebiasaannya.
Indikasi mahasiswa yang mulai senang belajar berpikir, ia tak pernah bingung mengerjakan tugas membuat makalah. Ia bahkan telah siap menulis skripsi sejak semester V. Kenapa? Karena ia punya rasa ingin tahu yang tinggi (curiusity).
Rocky Gerung dalam Kenduri Cinta (10/1/25) mengatakan bahwa ada Chat GPT pun kalau pertanyaan yang kita upload bukan hasil dari rasa ingin tahu yang mendalam, maka kita akan mendapat respon yang dangkal. Chat GPT akhirnya merekam, bahwa orang Indonesia aktif menggunakan AI tapi tidak berlandaskan rasa ingin tahu yang memadai.
Mahasiswa yang mau berpikir artinya punya rasa ingin tahu yang tidak biasa. Oleh karena itu ia mencari, membaca, menggali, diskusi dan lain sebagainya untuk menemukan hakikat sesuatu.
Sebagai contoh, mahasiswa akan lulus kuliah kalau ia menulis skripsi. Menulis skripsi artinya menemukan masalah yang bisa dibedah secara akademik. Semakin mahasiswa menguasai konsep berpikir secara akademik, ia akan mudah menemukan rumusan masalah dan menyusun skripsi.
Ketika mahasiwa sampai pada level itu, maka tidak mungkin ia akan terseret arus membuang-buang waktu. Baik oleh game online atau pun pergaulan yang kontra produktif.
Tantangan dalam Islam
Berpikir memang tidak mudah. Kalau mudah, Alquran juga tidak akan menantang kita melakukan aktivitas berpikir itu dengan sebaik-baiknya.
Baca Juga: Berpikir itu Ibadah
Kenapa Islam menantang orang berpikir? Karena akal pikiran manusia itulah yang jadi sebab manusia mendapat amanah demi amanah dalam kehidupan ini.
Ketika seorang penguasa memerintah, ia tidak sedang hidup enak. Semua tindakan dan keputusannya akan jadi data dalam kehidupan akhirat. Kalau negatif, berarti tidak menggunakan akal pikiran. Puncaknya jelas, neraka.
“Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS 67: 10).
Jadi, filsafat sebenarnya adalah jalan untuk melatih diri terbiasa bahkan merasa nikmat dalam aktivitas berpikir. Dan, Islam adalah agama yang secara langsung memandang aktivitas berpikir sebagai langkah penting dalam kehidupan setiap Muslim.
Dengan demikian mari kita mulai aktivitas berpikir. Temukan jalan keluar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan berpikir. Lalu padukan dengan dzikir.
Insya Allah kita akan Allah berikan kekuatan berpikir yang dapat menjadi cahaya menatap masa depan dengan tekun dalam kebaikan.
Berpikir berdasarkan data adalah ikhtiar untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan, dan dzikir adalah energi spiritual yang menguatkan.
Saat keduanya berpadu, Insya Allah lahir kekuatan berpikir yang menjadi cahaya untuk menatap masa depan dengan penuh kebaikan dan ketekunan. Itulah insan Ulul Albab.*