Home Hikmah Sedih, Marah, Tapi Tak Kehilangan Kendali, Memang Bisa?
Sedih, Marah, Tapi Tak Kehilangan Kendali

Sedih, Marah, Tapi Tak Kehilangan Kendali, Memang Bisa?

by Imam Nawawi

Pernahkah kita berpikir, mengapa Alquran banyak mendeskripsikan kehidupan umat terdahulu? Tentu agar kita tahu bagaimana bersikap. Baik saat gembira, tatkala menghadapi kesulitan, bahkan selagi dalam perasaan sedih, marah. Sebagai manusia siapapun potensial mengalami sedih dan marah. Namun yang terpenting bagaimana kita tidak mengalami kelepasan kendali.

Goleman menyebutkan sedih merupakan gambaran kondisi hati yang depresi, kecewa berat. BIasanya orang yang sedih menunjukkan sikap merasa hampa, putus asa, dan kebingungan.

Sedangkan ekspresi fisiknya bisa mata yang berkaca-kaca karena ingin menangis, wajah memerah, dada terasa sempit dan tidak terlalu berminat beraktivitas sebagaimana biasanya.

Baca Lagi: Evaluasi Arah Pembangunan

Sedih pun bermacam-macam sebab, mulai dari kehilangan teman atau orang yang dicintai. Nah, situasi semakin berat saat diri mengalami kesedihan plus marah yang terus muncul. Lantas bagaimana mengatasinya, masihkah ada jalan keluar?

Nabi Ya’qub

Jika ada di antara kita sedang sedih dan marah, maka kita bisa mengambil petunjuk Alquran dengan merujuk bagaimana sikap Nabi Ya’qub alaihissalam.

Ketika 10 anaknya kembali dari Mesir dan mengabarkan bahwa Benyamin (adik Nabi Yusuf) tidak bisa pulang karena terbukti mencuri, Nabi Ya’qub sangat sedih lagi marah.

Sosok sepuh itu tidak membayangkan bahwa pada akhirnya, baik Yusuf maupun Bunyamin, akhirnya hilang semua dari pandangannya.

Dalam situasi penuh kesedihan dan amarah itu, menarik kalimat-kalimat yang Nabi Ya’qub lontarkan kepada 10 anaknya yang mengecewakannya itu.

“Ya’qub berkata: “Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Strategi

Berdasarkan ayat itu kita dapat memahami bahwa ada strategi menghadapi kondisi hati yang sedih dan marah.

Baca Juga: Tenang Bersama Allah, Sudah Tahu Caranya?

Pertama, memahami bahwa keburukan orang lain kepada kita adalah karena kesalahan sudut pandang, yakni memandang baik yang buruk. Sebaliknya, memandang buruk apa yang baik (menurut Allah).

Kedua, memahami setiap keadaan adalah bagian dari kehendak atau izin Allah untuk sesuatu terjadi. Nabi Ya’qub sangat memahami hal itu.
Oleh karenanya, ucapan Nabi Ya’qub adalah “Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).

Artinya harus iman yang mengemuka kala diri menghadapi situasi apapun, terutama kala tiba rasa sedih atau marah.

Ketiga, tidak putus asa. Ingat selalu ada harapan, akan datang jalan keluar, syaratnya jangan berhenti untuk yakin kepada Allah.

Perhatikan kalimat Nabi Ya’qub: “Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku.”

Demikianlah Alquran memberikan ibrah dari kehidupan masa lalu kepada kita semua. Dan, ini adalah bagian dari argumen mengapa Alquran itu menjadi obat bagi orang yang beriman. Dalam kata yang lain, semua masalah hidup dapat kita atasi kalau iman kita benar, iman kita terus aktif bekerja.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment