Home cerita Seandainya Mencuri Bikin Bahagia
Seandainya Mencuri Bikin Bahagia

Seandainya Mencuri Bikin Bahagia

by Imam Nawawi

Manusia mana yang tidak paham, kalau mencuri itu buruk dan berujung derita. Tetapi manusia intelek sekalipun, kalau cerdas hanya dunia, tetap saja akan memilih untuk mencuri. Bahkan dengan ilmu yang luar biasa. Seandainya mencuri bikin bahagia, mungkin semua agama akan mengajarkannya.

Begitu Asep bergumam dalam hati karena jengkel melihat banyak sekali berita korupsi.

“Ramadhan suci, beritanya banyak tentang korupsi. Duh, ya Allah,” Asep semakin geram dalam hati.

Tangannya mengepal mau meninju smartphone kesayangannya.

Baca Juga: Dakwah Anti Korupsi Kian Mendesak

Menyaksikan itu Bejo berteriak. “Hei, ngapain atuh Asep begitu.”

Asep sempat kacau sistem berpikirnya kala mendengar teriakan Bejo yang sok berlogat Sunda tapi tidak pas. Seperti mau menumpahkan amarah dan mau tertawa terkekeh.

“Aduh Bejo, kamu lagi. Bikin rusak pikiran,” Asep menimpali.

Tuhan Pun Tidak Ditakuti

Bejo seperti biasa, santai dan senyum. Segera ia menghampiri Asep yang kondisinya membingungkan, antara mau marah dan tertawa.

“Aya’ naon atuh?” Bejo kembali bergaya Sunda. Asep kian tidak tertahankan. Seperti terpaksa, akhirnya lepas juga tawa Asep.

“Jo, coba kamu pikir. Apa orang tidak tahu mencuri itu buruk. Apalagi kalau orang sampai jadi pejabat tinggi. Apa mereka tidak tahu, Jo,” ujar Asep sembari meletakkan smartphone yang hampir ia tinju itu ke atas meja.

“Eleh..eleh..begitu kok ditanyakan,” Bejo menjawab sekenanya.

“Serius aku, Jo. Masak iya, orang pintar, lulus kuliah luar negeri tapi korupsi,” Asep membalas.

Bejo melangkah untuk duduk di hadapan Asep.

“Iya, itu kata seorang profesor di TV yang acaranya jadi terlarang dan hilang sekarang, Indonesia ini akan maju. Tapi kenapa gak maju-maju, karena orangnya, terutama para pejabat itu, jangankan ke polisi dan hukum, kepada Tuhan saja tidak takut. Bagaimana mereka gak mencuri,” Bejo mulai terbawa emosi Asep.

“Lagian kalau mencuri itu bagus, sudah dari dulu kali agama kita mengajarkan. Wahai manusia, mencuri lah kamu agar hidup bahagia,” Bejo meneruskan ucapannya bak seorang yang sedang orasi dalam demonstrasi.

Asep terkejut. Seketika jari telunjuk tangan kanannya menyentuh bibir Bejo.

“Jangan begitu, aku tadi juga berpikir begitu.”

“Halah apaan, ya. Kamu kok begitu,” sahut Bejo. Keduanya pun tertawa kompak.

Adem

Esok harinya Asep dan Bejo janjian buka puasa bersama.

“Masih 15 menit ini buka puasa. Ngapain ya, biar gak gabut,” Asep memulai pembicaraan.

Bejo merespon singkat. “Kita putar saja Gus Baha. Enak, bikin adem kajiannya.”

“Sepakat,” Asep berkata sembari membuka aplikasi Youtube.

Selang 10 detik terdengarlah kajian Gus Baha.

Baca Lagi: Politik Progresif Beradab

“Seorang wali makan. Makan 1 piring terus beliau kenyang. Melihat istrinya makan 1 piring juga kenyang. Terus beliau berkata, ‘Wah, kalau untuk bertahan hidup, untuk kenyang cukup makan 1 piring, kenapa saya harus korupsi.’”

“Nah, nah, nah,” Asep dan Bejo saling tunjuk muka.

“Kenapa mereka korupsi. Kenapa mereka mencuri. Tidak cerdas sekali,” keduanya berucap sama, kompak tanpa rencana.

Dan, seperti biasa, akhirnya dua orang itu tertawa lepas bersama.

Pak Daeng yang sering menyaksikan ulah dua pemuda itu hanya menggelengkan kepala. “Dunia sudah semakin aneh,” ucapnya pelan sembari kembali menyapu halaman rumah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment