Hari Santri 22 Oktober 2021 terasa sangat spesial. Hal ini karena dalam momentum kaya spirit ini Pemuda Hidayatullah bisa duduk bersama dalam gelaran Majelis Online Pemuda bersama Duta Besar RI untuk Republik Turki, Dr. Lalu Muhamad Iqbal. Kata pria ramah itu, “Santri hari ini adalah tokoh masa depan.”
Menurutnya, santri adalah status yang sekali orang menyandangnya seumur hidup akan tetap berstatus sebagai santri. Kata KH. Cholil Nafis kala saya jumpa beliau di Kantor MUI Pusat, santri itu melekat walau seseorang telah menjadi Kyai, selalu ingin dan suka menyebut dirinya sebagai santri.
Oleh karena itu adalah hal yang istimewa pula bagi Pak Dubes yang saya sapa dengan sebutan Abang Dubes bisa dialog bersama santri Hidayatullah di momentum Hari Santri.
Baca Juga: Senyum Santri Muara Gembong
Sebelum memulai paparan, Abang Dubes sempat menguraikan secara padat tentang sosok Kemal Attaurk yang lagi viral di negeri ini karena diisukan akan jadi nama jalan di Jakarta.
Pesannya sangat membangun, bahwa Mustafa kala lahir melihat kesultanan Ottoman dalam kondisi yang mengalami dekadensi moral amat parah, sehingga ia salah paham terhadap Islam.
“Dimana Islam menjadi simbol tetapi tidak mewujud dalam perilaku,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Abang Dubes mendorong para santri untuk memiliki adab yang baik, sebab begitu adab kita buruk, biasanya orang akan memandang Islam buruk. Walau pun sebenarnya yang buruk adalah diri kita sendiri.
“Beban di pundak kita berat sekali. Kalau kita buruk, orang bilang yang buruk Islam. Islam jadi buruk,” tegasnya.
Membawa Islam dalam Seluruh Aspek Kehidupan
Selain bicara perihal pentingnya santri memiliki adab yang baik, Abang Dubes juga meminta para santri mampu membawa Islam ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Ia menyebutkan sosok Erbakan yang disebutnya setara dengan Habibie di Indonesia, yang membawa umat Islam di Turki hadir dalam industri-industri.
“Santri, masuklah ke semua sektor kehidupan, menjadi teknokrat, ahli teknologi, ahli ilmu dan pengetahuan, sehingga peran pemuda Islam dapat tumbuh dimana-mana, di semua sektor kehidupan,” ungkapnya.
“Santri itu tidak melakukan gerakan-gerakan di jalanan. Tetapi gerakan-gerakan konkret di pabrik, industri, keilmuan. Bukan jalanan,” tegasnya.
“Jadi umat Islam jangan mau kalah. Apa yang orang lain bisa lakukan, umat Islam pun bisa melakukannya,” imbuhnya.
Ungkapan tersebut seperti apa yang diuraikan oleh Prof. Naquib Al-Attas, bahwa kalau umat Islam ingin unggul, hal yang harus diperbaiki pertama adalah ilmu.
Dalam bahasa Ustadz Abdullah Said, umat Islam akan unggul jika nilai-nilai Islam benar-benar dirasakan keindahannya dan memancar ke segenap nurani manusia lain yang menyaksikan, sehingga mereka yakin bahwa Islam memang jalan kebenaran.
Dan, dalam konteks kehidupan ini, Islam memiliki konsep yang utuh di dalam seluruh aspek kehidupan.
Santri Membangun Negeri
Apabila santri mampu memahami hal di atas, maka santri akan bisa membangun negeri.
Bagi Abang Dubes, tidak ada pendiri negeri ini yang tidak lahir dari kalangan sangri. Mulai dari Soekarno yang merupakan santri dari HOS Tjokroaminoto, Bung Hatta, santri sejak di kampung halaman, sampai Natsir dan seterusnya, semua adalah santri.
Oleh karena itu para santri hari ini harus menyadari bahwa yang bisa membangun negeri ke depan di antaranya adalah kaum santri.
Baca Lagi: Seminar Muharram Bersama Santri
“Jadi santri jangan membatasi diri hanya akan kuliah ke Kaior dan Madinah. Itu bagus. Karena bangsa ini butuh ustadz yang mumpuni. Tetapi juga harus ada santri yang ambil pilihan pada pengetahuan lain, menjadi insinyur, ahli hubungan internasional atau lainnya,” ungkapnya.
Sebab memang tidak bisa dipungkiri, salah satu syarat agar para santri dapat berperan luas di dalam membangun megeri ini, para santri harus masuk ke segenap ilmu yang ada di muka bumi ini, sehingga terwujudlah peradaban Islam, insha Allah. Tidak lain karena dalam sejarah, santri hari ini adalah tokoh masa depan.*