Home Berita Santri Bicara Kepemimpinan Umat

Santri Bicara Kepemimpinan Umat

by Imam Nawawi

Menjelang Munas VIII Pemuda Hidayatullah beberapa even digelar sebagai rangkaian pra-Munas untuk menggali ide dan pemikiran, terutama dari kalangan santri yang duduk di bangku SMA.

Pada volume 1 sesi pra-Munas Pemuda Hidayatullah ini hadir sebagai pembicara, santri SMA Depok, Ummul Quro, Balikpapan. Dan, santri dari SMA Hidayatullah Timika, Papua.

Hal ini memiliki dua tujuan setidaknya. Pertama agar santri sadar akan eksistensi dirinya yang akan menjadi mahasiswa dan menjadi pemuda pada akhirnya.

Baca Juga: Rezeki Bagi Diri

Kedua, untuk memberikan sebuah kesadaran bahwa kesempatan menjadi santri adalah momentum penting untuk sadar bagaimana melangkah ke depan dengan membantun karakter diri dari sekarang.

Santri Depok

Ketiga santri yang hadir sebagai narasumber pada kesempatan ini mampu menguraikan pikirannya dengan cukup baik.

Mereka mengerti secara teori bahwa kepemimpinan umat sangat bergantung pada bagaimana organisasi keumatan mampu melahirkan pemimpin yang berkualitas.

Kualitas itu ada dua. Pertama, adab. Kedua, ilmu.

Kalau pemimpin tidak punya adab dan tidak punya ilmu yang memadai, maka hancurlah orang yang dipimpinnya.

Bagaimana supaya adab dan ilmu itu hadir, kaum santri harus siap melatih diri menjadi pribadi yang disiplin dan tidak pernah mau melanggar aturan.

Santri Ummul Qurro

Pembicara kedua adalah santri dari Ummul Qurro. Bahasanya lebih substantif tentang bagaimana sikap pemuda yang harus dikuatkan.

“Pemuda adalah aset, tapi bukan untuk disimpan, tetapi diasah, dididik serta dibina, sehingga memiliki militansi,” ungkapnya.

Indonesia membutuhkan kiprah pemuda, untuk memberikan ide dan kontribusi ikut menyelsaikan masalah di negeri ini.

Sebagai pemuda jangan malas-malasan, membuang waktu. Kita harus ikut andil dalam memperjuangkan Islam, harus kritis dan berani menyampaikan kebenaran.

Santri Timika

Sementara itu santri dari Timika menegaskan bahwa seorang pemimpin harus mampu mewujudkan harmonisasi sosial.

Kemudian memiliki keteladanan. “Karena satu keteladanan lebih baik dari ribuan nasihat,” ungkapnya.

Terakhir ia menyimpulkan bahwa menjadi pemimpin berarti siap memiliki sifat Nabi SAW, yakni shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.

Kesimpulan

Melihat diskusi tersebut, secara pemahaman kita tahu, santri muda sangat paham bagaimana kepemimpinan itu.

Tinggal bagaimana mengasah leadership mereka agar mampu tampil sebagai pemimpin masa depan. Dalam hal ini pembelajaran harus komprehensif.

Baca Lagi: Persahabatan Iman

Oleh karena itu wadah organisasi Pemuda Hidayatullah harus kita desain sedemikian rupa agar para talenta pemimpin masa depan bisa secara konsisten berlatih dan menempa kepemimpinan diri dengan maksimal.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment