Mabes Polri akhirnya menahan Inspektur Jenderal Ferdy Sambo atas dugaan pelanggaran kode etik penanganan tempat kematian Brigadir Yosua.
Sambo dengan apa yang telah terjadi menjadi ibrah (pelajaran) penting bagi bangsa ini. Lalu apa hubungannya dengan bangsa Tartar?
Sama sekali tidak ada hubungannya, kecuali pada sisi ibrah (pelajaran). Sesuatu yang telah terjadi kita sebut sejarah.
Islam mendorong umatnya untuk menjadikan sejarah sebagai cara mendapatkan ketajaman pikiran yang lebih baik, sehingga semakin cinta pada kebenaran.
“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raf: 176).
Kemudian sejarah juga Allah hadirkan agar manusia mengambil pelajaran, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang pernah terekam dalam sejarah.
Baca Juga: Yuk Mendekati Sejarah
Dan, tentu saja sejarah juga harus membuat kita mampu memetik hikmah, yang membentuk kesadaran dan perilaku kehidupan yang baik.
Buah yang Pahit
Belajar dari peristiwa itu, siapakah yang menginginkan kehidupannya berakhir pahit. Tentu tidak ada. Tetapi manusia pasti akan memetik buah dari apa yang diperbuat.
Alquran menegaskan kalau baik yang kita lakukan, maka kebaikan itu akan kembali pada diri sendiri. Sebaliknya ketika buruk yang kita lakukan, maka keburukan itu tidak akan kemana-mana juga (Baca ayat ke 7 Surah Al-Isra’).
Oleh karena itu apa yang telah terjadi mesti semakin membuat kita sadar bahwa buah yang pahit tidak akan menjumpai kehidupan seseorang sejauh ia berusaha untuk terus komitmen dalam kebenaran dan kebaikan.
Kita tentu berharap semoga peristiwa ini bisa menjadi pelajaran dan hikmah besar bagi seluruh umat, bangsa dan negara. Bahwa manusia secara naluriah hanya menginginkan buah yang manis.
Tetapi satu hal yang harus jadi kesadaran, sesuatu yang manis tidak mungkin diraih dengan melakukan ketidakbenaran.
Buya Hamka pernah mengatakan, akal itu, pangkalnya pahit ujungnya manis. Sedangkan hawa nafsu, pangkalnya manis ujungnya pahit.
Bangsa Tartar
Sejarawan mencatat bahwa Bangsa Tartar adalah bagian dari sejarah kehidupan umat manusia seluruh dunia. Bangsa ini hadir dengan kekuatan besar dan berhasil mengguncang dunia pada abad ketujuh Hijriyah.
Bangsa Tartar mampu mengubah tatanan dunia secara umum dan dunia Islam secara khusus dengan sepakterjangnya yang sadis luar biasa.
Begitu beringasnya bangsa Tartar, Ibnul Atsir sampai menyebutkan bahwa di bawah Jenghis Khan, bangsa ini lebih jahat dari Dajjal.
Karena kalau Dajjal masuk ke kampung atau negeri, ia membiarkan orang yang mengikuti seruannya.
Tetapi tidak dengan Jenghis Khan, ia membunuh semua orang; anak-anak, perempuan, laki-laki, serta merobek perut bayi-bayi yang masih dalam kandungan ibunya.
Namun, semua itu terjadi dengan begitu cepat. Bangsa Tartar akhirnya tumbang dan lenyap.
Satu hal yang pasti, ketika kebenaran tidak tegak, maka kejahatan akan merajalela.
Baca Lagi: Inilah Kriteria Pemuda Pembuat Sejarah
Alhamdulillah, Indonesia masih selamat, karena akhirnya kejujuran masih digdaya atas kebohongan.
Jadi, mari belajar dan kita berdoa semoga hal seperti ini tidak terjadi kembali pada masa-masa mendatang. Terlebih pada institusi Polri yang merupakan representasi wajah hukum bangsa kita tercinta.*