Suatu waktu saya mendapati meme yang isinya bangsa ini akan sulit maju kalau berita yang tersaji tentang rumah tangga artis yang lagi retak dan goyah, permusuhan politik dan hal-hal yang tak penting lainnya. Kita butuh memilih “makanan” untuk otak berupa informasi yang membangun dan mencerdaskan. Saya pun sadar bahwa inilah saatnya kita membangun budaya literasi.
Pasalnya tingkat literasi suatu bangsa tidak bisa lepas dengan kualitas diskusi dan berpikir bangsa itu sendiri.
Ilustrasinya sederhana saja. Orang yang memiliki daya baca tinggi terhadap buku atau minimal jurnal, pasti akan memiliki wawasan dan mental yang jauh lebih baik daripada mereka yang suka bicara tapi tak pernah membaca buku.
Entah seperti apa, mungkin kondisi sebagian besar masyarakat yang memang belum akrab dengan dunia literasi, tertangkap oleh sebagian pejabat dan mereka manfaatkan untuk mengeluarkan kalimat-kalimat yang tak rasional.
Misalnya, soal keracunan MBG, kata seorang pejabat itu karena perut anak-anak kaget. Sebab biasa makan mie kemudian makan spaghetti. Coba timbang, apakah kalimat begitu rasional? Tapi mungkin bagi sebagian rakyat yang memang akses bukunya susah, itu bisa jadi semacam referensi “penting”.
Mulai Sekarang Meski Sendiri
Menjawab masalah yang seperti itu tidak bisa sehari semalam, bahkan sebulan tiga bulan, mungkin juga belum tentu sukses setahun dua tahun. Itulah mengapa kita perlu membangun yang namanya budaya. Lengkapnya budaya literasi.
Kita mulai dari arti literasi, yakni kemampuan membaca dan menulis, begitu sederhananya.
Namun arti luas literasi adalah segala kemampuan yang memungkinkan orang bisa mencerna, menganalisis, mengevaluasi, mensintesa apapun yang membuat dia tidak salah dalam mengambil keputusan.
Jadi, kebayang bukan, tidak mudah untuk bisa menjadi manusia yang literat. Apalagi banyak manusia punya budaya literasi. Sementara ini banyak orang membaca bukan karena kesadarn, belum jadi kebiasaan. Kalau ada biasanya karena iseng dan mengisi waktu luang. Tapi kita tidak perlu menyerah. Karena budaya itu perlu kalau bangsa ini benar-benar ingin maju.
Caranya kita mulai dari diri sendiri. Mudah kok, yaitu dengan cara memaksa jiwa ini untuk senang membaca. Kalau pemaksaan berhasil selanjutnya mulai membiasakan pemaksaan itu. Tentu sembari terus berpikir dan memenangkan kesadaran bahwa membaca itu perlu dan perintah Tuhan.
Dukungan Politik
Kalau levelnya pribadi asal ada kesadaran budaya literasi personal bisa kita upayakan. Tetapi kalau sudah kolektif, ini butuh kebijakan. Jadi dalam hal ini membangun budaya literasi membutuhkan dukungan politik, baik dari pemerintah maupun DPR.
Bukti sederhana saja. Siapa yang bulan ini telah membeli buku. Kalau belum atau tidak, kenapa tidak belanja buku. Pertama akses buku tidak merata. Kedua, pendapatan rakyat tak memungkinkan ada alokasi beli buku. Beli makanan, sewa kontrakan dan biaya transportasi masih memaksa untuk terus diutamakan.
Dalam kata yang lain memang perlu kebijakan soal ini, yang memungkinkan orang bisa membeli buku kapan saja. Misalnya harga buku bisa semurah orang beli dimsum atau minimal kopi kenangan harga 35 ribu. Apakah pemerintah dan DPR berkenan?
Tips
Membangun budaya literasi dengan menunggu kebijakan pemerintah sama DPR bukan perkara singkat. Panjang dan lama. Oleh karena itu jangan terlalu berharap. Lebih baik kita bangun proses saja. Siapa tahu kalau kita secara pribadi punya budaya literasi itu, kita bisa menularkan inspirasi dan energinya kepada orang lain.
Saya akan berikan satu tips untuk membangun budaya literasi.
Usahakan setiap bangun tidur membaca buku. Kalau berhasil, tingkatkan, setelah membaca tutup bukunya kemudian tulis apa yang kita tangkap dengan bahasa sendiri. Lalu kembangkan menjadi poin dan hubungkan dengan kehidupan pribadi untuk lebih baik.
Kalau sulit maka tulis saja respon kita terhadap buku itu. Misalnya saya senang membacanya. Saya mendapatkan inspirasi dari buku ini. Atau sebaliknya, buku ini sulit saya pahami.
Lakukan itu terus menerus. Lama-lama akal kita akan terbiasa untuk memberi respon.
Kalau itu terjadi, tinggal kita tambah waktu membacanya dan semangat menulisnya. Insya Allah kalau itu jadi habit, kita akan sukse menjadi pribadi yang punya budaya literasi dasar.
Ingat literasi dasar. Meski itu dasar itulah akar dan awal untuk budaya literasi yang lebih maju dan berpengaruh.*


