Berbincang dengan Allah tampaknya menjadi kekhususan Nabi Musa as. Tak bisa kita bayangkan betapa indahnya langsung berdialog dengan Allah SWT.
Tapi sisi yang penting jadi perhatian kita adalah pertanyaan Allah kepada Nabi Musa.
“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?” (QS. Thaha: 17).
Kita tahu jawaban Nabi Musa bahwa itu adalah tongkat. Lalu Allah memerintahkan Nabi Musa melempar tongkatnya. Tiba-tiba tongkat itu menjadi ular hidup yang bergerak dengan cepat.
Nabi Musa ketakutan. Kemudian Allah menenangkannya. “Ambillah ular itu dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya menjadi tongkat seperti semula.” (QS. Thaha: 21).
Pelajaran
Saya tertarik mengamati “tongkat” itu. Sebelum Nabi Musa berdialog dengan Allah secara langsung, tongkat adalah benda yang banyak “membantu” keperluan Nabi Musa. Lalu apa kira-kira makna intrinsik Allah bertanya tentang tongkat itu?
Tentu apa yang saya gali ini sebatas mencoba memahami sebagai pendekatan. Bukan tafsir Alquran. Saya tidak sampai pada level menafsirkan Alquran. Tapi mari kita dekati dengan pendekatan rasional.
Allah menanyakan tongkat itu seakan-akan sebuah kode penting. Bahwa kita harus mempertajam anak-anak didik kita yang akan mengarungi samudera kehidupan dengan apa yang mereka telah kenali dan pahami dengan baik.
Baca Juga: Terus Berisi dengan Membaca
Allah Yang Maha Kuasa tak memberi hal baru secara bendawi kepada Nabi Musa. Tetapi dengan memaksimalkan apa yang telah jadi kebiasaan Nabi Musa dalam hidup sehari-hari berteman dengan tongkat.
Proses
Dalam kata yang lain, baik tidaknya anak manusia bukan bergantung pada apa yang ada di luar dirinya. Akan tetapi sangat bergantung pada apa yang ada dalam dirinya.
Tongkat itu dalam realitas kekinian bisa kita maknai sebagai skill, keahlian atau bahkan profesionalitas. Oleh karena itu anka-anak sejak dini harus punya keterampilan yang tajam.
Karena itu bekal hidup yang memang umum dalam hukum kehidupan dunia ini. Selanjutnya, ketika kita telah memiliki satu keahlian, kita niatkan itu bermanfaat di jalan Allah, maka lakukan terus.
Insha Allah akan tiba suatu masa dimana Allah membuka jalan-jalan keberhasilan dengan skill yang kita tekuni. Seperti para ulama terdahulu yang namanya abadi karena karya-karya mereka yang menjelaskan hakikat Islam.
Dalam kata yang lain, kita tak perlu risau besok akan seperti apa. Tetapi pastikan sejak sekarang apa skill yang kita miliki yang bisa kita persembahkan untuk menolong agama Allah.*