Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Rumusan Aksi Pemenangan

Kalau sekelompok tokoh berkumpul biasanya mereka akan mengulas tentang situasi dan kondisi yang berkembang dalam kehidupan umat Islam. Sebagian mengurai tentang sebab-sebab, sebagian bernarasi dengan bingkai sejarah. Namun belum ada sebagian yang mau turun aksi. Dalam hal ini adalah mau merumuskan bagaimana aksi pemenangan kita lakukan. Padahal langkah rumusan aksi pemenangan itu, benar-benar kita perlukan. […]

Rumusan aksi pemenangan

Kalau sekelompok tokoh berkumpul biasanya mereka akan mengulas tentang situasi dan kondisi yang berkembang dalam kehidupan umat Islam. Sebagian mengurai tentang sebab-sebab, sebagian bernarasi dengan bingkai sejarah. Namun belum ada sebagian yang mau turun aksi. Dalam hal ini adalah mau merumuskan bagaimana aksi pemenangan kita lakukan. Padahal langkah rumusan aksi pemenangan itu, benar-benar kita perlukan.

Merumuskan aksi pemenangan sebenarnya adalah bagian dari sejarah Islam. Kisah yang amat kuat terutama menuju masa kegemilangan dan kemenangan yang pada akhirnya memuliakan umat manusia.

Baca Juga: Malas Mikir?

Pantas jika seorang pernah berkata bahwa kita tidak boleh hanya kagum kepada Sultan Muhammad Al Fatih. Tetapi tidak tahu bagaimana itu orang-orang kala itu mempersiapkan semuanya. Dan, seperti apa ketika mereka telah melakukan penaklukan.

Ketika hari ini kita fasih memberi kritik terhadap kekuasaan, apakah kemudian diri siap jika kekuasaan itu ada dalam genggaman kita? Siap artinya mau dan mampu berbuat adil, progresif dan beradab.

Bahasa para motivator untuk calon pengantin atau jomblower biasanya adalah pantaskan diri kita untuk mendapatkan jodoh yang kita inginkan.

Dengan kata lain kalau kita mendambakan perubahan, baik dalam sisi politik melalui pemilu maupun dalam sisi kehidupan yang lebih luas dengan skala jangka panjang, aksi-aksi pemenangan harus segera kita rumuskan bersama-sama.

Kembalikan Silaturrahim

Untuk bisa duduk bersama dan melakukan rumusan aksi pemenangan, satu dengan yang lain harus terjalin keakraban. Hal itu tentu saja butuh wadah, yaitu silaturahim.

Ketika silaturahim terjalin kuat, hubungan tidak lagi sebatas pada ruang dan dimensi fisik. Akan tetapi juga pada mental dan spiritual. Pada level itu maka jarak dan waktu tidak menghambat bagaimana sebuah keputusan penting.

Sebagai contoh, di Mesir pernah ada orang Yahudi yang kediamannya digusur oleh gubernur. Merasa keputusan itu tidak adil ia pun memutuskan untuk menuju Madinah bertemu dengan Amirul mukminin Umar bin Khattab.

Menerima kenyataan aduan Yahudi itu, Umar segera mengirim sebuah kode dengan mengambil tulang binatang lalu memberikan garis lurus dengan pedangnya.

Yahudi itu pun kebingungan. Tapi dalam hati dia yakin tulang yang di bawahnya itu merupakan kode keras. Dan, benar ketika gubernur Mesir ketika itu menerima kode itu, seketika gemetar dan mengubah keputusannya menggusur kediaman sang Yahudi.

Baca Lagi: Kebersamaan dalam Perjuangan

Lihatlah betapa efektifnya komunikasi ketika itu, di tengah teknologi belum ada transportasi belum dikenal seperti yang modern ini tetapi pengambilan keputusan bisa dengan segera dilaksanakan.

Apa rahasia dari itu semua, ialah komunikasi batin dari silaturahim panjang selama masa tarbiyah di Madinah begitu kuat di dalam dada masing-masing bawahan Umar bin Khattab.

Mulai dari Sekarang

Dari uraian ringan ini kita dapat menarik satu pemahaman bersama bahwa silaturahim memang sangat inti.

Dan ketika memang kita punya sebuah tekad yang dibalut dengan silaturahim dan persatuan maka rumusan aksi pemenangan sebenarnya akan menjadi satu hal yang sifatnya otomatis.

Oleh karena itu umat Islam khususnya kaum muda harus betul-betul melihat dan menjadikan semua potensi silaturahim sebagai sarana membangun perasaan senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan.

Jika ini terwujud maka gelombang money politik tidak akan pernah bisa masuk bahkan pada sela-sela yang kecil sekalipun. Tetapi sejauh itu semua belum ada maka benteng kekuatan umat yang tersisa pun potensial akan terkoyak dan mudah dihancurkan. Semoga itu tidak pernah terjadi.

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *