Home Kisah Rumus Jos Menulis dari Penulis 57 Buku Khutbah dan Masjid

Rumus Jos Menulis dari Penulis 57 Buku Khutbah dan Masjid

by Imam Nawawi

Dalam rangkaian menyambut dan memeriahkan bulan Muharram 1444 H, Pemuda Hidayatullah bersama Korps Muballig Hidayatullah (KMH) berkolaborasi laksanakan forum kajian dalam wadah Kuliah Peradaban DPP Hidayatullah di Jakarta (9/8/22).

Hadir sebagai narasumber Ustadz DR. Tasrif Amin, MPd dan Ustadz Drs Ahmad Yani. Pemateri kedua adalah seorang penulis produktif. Sebanyak 57 judul buku telah sukses ia tulis dan juga telah terbit yang sekarang menjadi bacaan masyarakat luas.

Drs Ahmad Yani membawakan tema spesifik “Dakwah bil Qalam & Kebangkitan Peradaban.” Sedangkan DR. Tasrif Amin, MPd membawakan tema “Iqra’ sebagai Basis Nilai Kebangkitan Peradaban.”

Baca Juga: Dakwah di Atas Kapal

Pada kesempatan pertama, DR. Tasrif menekankan pentingnya membaca. Meski demikian membaca barulah gerbang untuk memulai kerja-kerja peradaban.

Membaca belum masuk pada esensi peradaban. Nanti ketika telah bertemu dengan Bismirabbik barulah membaca itu memiliki basis nilai yang dapat mendorong lahirnya peradaban Islam.

Rumus Jos Menulis

Lalu pada sesi kedua Drs Ahmad Yani yang bawaannya tenang, cenderung datar namun kadang menyentak mengawali uraiannya dengan sebuah kisah. Kisah yang lumayan aneh.

Jadi pernah suatu waktu, seorang dosen dari UIN Jakarta dengan pendidikan doktoral datang mendekat kepadanya. Keperluannya adalah bertanya, apa rahasia dalam menulis.

Drs Ahmad Yani sempat kaget, apa benar ia bertanya, sedangkan dirinya belum pernah kuliah sampai doktor.

“Karena dia bertanya, ya, saya jawab,” katanya yang disambut tawa hadirin yang datang sebagai peserta offline.

“Kalau bapak tidak punya niat ke Bandung, apakah bapak akan bisa sampai ke Bandung,” itulah jawaban Drs Ahmad Yani kepada sang dosen itu.

Jadi, rumus jos menulis menurut Drs Ahmad Yani adalah berangkat dari niat.

Kalau niat hadir, misalnya mau ke Bandung, maka orang akan bergerak melangkah, ke terminal misalnya untuk selanjutnya berangkat ke Bandung. Tanpa niat, maka tidak akan pernah ada upaya sungguh-sungguh.

Pengalaman

Bagaimana seorang yang sejak belia telah aktif sebagai aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) mampu menulis sampai 57 judul buku?

Ternyata itu berangkat dari pengalaman yang sangat sederhana. “Saya selalu menulis setiap hari. Kemudian (dalam tempo tertentu) saya himpun dan jadilah buku.”

Buku pertama kali yang ia tulis pun judulnya singkat, “Catatan Ringan.” Karena merupakan kumpulan catatan yang ia lakukan setiap hari.

Karena terbiasa akhirnya penulis teks khutbah itu pun menjadi sangat senang dengan kegiatan menulis. Sampai-sampai memiliki moto hidup yang menarik. Yaitu, “Tulislah apa yang akan diceramahkan. Dan, ceramahkanlah apa yang ditulis.”

Keuntungan Dakwah Menulis

Lebih lanjut, Drs Ahmad Yani mengatakan perihal keuntungan dakwah dengan menulis.

Pertama, pesan bersifat langgeng. Karena tulisan memang akan abadi. Seperti Imam Ghazali dan Imam Nawawi, darimana kita mengenal mereka, tulisan-tulisan mereka.

Baca Lagi: Dakwah Islam di Papua Barat

Kedua, dakwah dengan menulis pada era sekarang semakin mudah untuk siapapun menerima dan menyebarkan. Memang ada video, tapi menyebarkan tulisan jauh lebih mudah dan ringan daripada konten video.

Ketiga, menulis mendorong diri untuk terus belajar dan rajin membaca. Jadi, lakukanlah dakwah dengan menulis, karena ini adalah amal sholeh yang usianya melebihi usia hidup penulisnya sendiri. Inilah dakwah yang sangat panjang eksistensinya.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment