Home Artikel Rumah Tangga Bahagia yang Seakan Kian Jauh
Rumah Tangga Bahagia yang Seakan Kian Jauh

Rumah Tangga Bahagia yang Seakan Kian Jauh

by Imam Nawawi

Hidup berumah tangga tentu banyak orang mengasakan bisa meraih bahagia. Tetapi dalam upayanya sebagian besar orang lupa akan sumber utama kebahagiaan itu sendiri. Akibatnya bahagia dalam rumah tangga seakan kian jauh, semakin asing.

Jika masih ada yang memahami kekayaan adalah sumber kebahagiaan, maka mungkin ia akan sampai pada kebahagiaan. Tapi itu level satu, kesenangan jasadiyah. Tetapi, apakah ia benar-benar bahagia?

Baca Juga: Mari Kuatkan Keluarga

Ramainya berita gugatan cerai kalangan selebritis bisa jadi amatan kita bersama.

Namanya artis, orang jangan tanya uang mereka. Apalagi kecantikan atau ketampanan pasangannya. Namun, mengapa mereka juga harus berpisah?

Meskipun begitu jangan lupa, tidak sedikit istri menggugat cerai suami karena soal ekonomi. Tetapi, benarkah itu semata-mata soal ekonomi?

Sebuah fakta bukan, bahwa bahagia tidak bisa bersandar pada kekayaan semata.

Akan tetapi juga kita perlu sadari ekonomi yang rapuh juga kurang baik bagi berjalannya rumah tangga.

Saling Menghargai

Tidak bisa kita pungkiri, orang hidup butuh harta, karena dengan harta orang bisa infak, zakat, umroh bahkan haji.

Akan tetapi, ketika harta justru tidak mengarahkan diri semakin bertakwa. Pada tahap ini, level masalah karena harta akan semakin membelah, mencemari kejernihan hati.

Lantas apa yang harus kita lakukan agar rumah tangga bahagia?

Tidak lain adalah saling menghargai.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya.” (HR Tirmidzi).

Kunci kebahagiaan ada pada iman seorang pemimpin dalam rumah tangga atau keluarga, yakni suami. Semakin suami beriman, semakin akan baik akhlaknya kepada istri.

rtinya, kalau ingin bahagia, maka iman pada diri seorang imam, jangan pernah merana.

asio memang penting untuk berpikir bagaimana menghimpun harta, mencari nafkah, bersedekah bagi sesama.

etapi mengabaikan hati yang butuh terhadap iman, sama dengan hidup tanpa arti.

Visi Istri

Islam sebagai peradaban memang jelas buktinya.

Bicara seorang wanita, Islam memberikan visi, sehingga wanita tidak perlu terpukau dengan konsep emansipasi.

Baca Lagi: Inilah Media yang Bagus Buat Keluarga

Panduan Islam jelas. Rasulullah SAW bersabda soal kebahagiaan seorang istri.

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).

Hadits itu bukan dogma, tetapi visi. Kenapa visi, karena ia memandu bagaimana cara berpikir dan sikap seorang istri kepada suami.

Kalau ingin bahagia dan kebahagiaan yang hakiki, bukankah itu berarti kita harus ke surga.

Nah, jalan ke surga bagi seorang istri itu telah Nabi SAW terangkan, taat kepada suami, sampai suami ridha.

Masalahnya sekarang ada suami tidak menghargai istri. Akibatnya istri enggan untuk taat.

Pada tataran ini, suami istri harus sadar, sama-sama menyehatkan imannya. Bukan setiap hari mau adu kekuatan argumentasi dan tuntut-menuntut.

Menang pun tak ada kebahagiaan. Merasa kalah juga tidak akan menjadikan diri dalam kelapangan. Karena keduanya mengabaikan iman. Inilah sumber utama dari masalah rumah tangga.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment