Home Kajian Utama Rezeki Bagi Diri
Rezeki Bagi Diri

Rezeki Bagi Diri

by Imam Nawawi

Sore hari (10/10/22) saya berada di sebuah kafe di Jakarta Selatan. Seusai bincang dengan kolega, saya melihat ke sisi kaca yang tembus pandang ke lalu lalang masyarakat di jalanan. Langsung melintas pikiran soal rezeki. Ya, bagaimana rezeki bagi diri.

Mobil, motor, melaju dengan kecepatan di atas 40 km per jam. Dan, saya mendapati seorang ojol (ojek online) sedang “istirahat” seseaat, kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.

Saya pun merenung bagaimana Allah Ta’ala membagikan rezeki bagi setiap jiwa, termasuk diri ini.

Ada yang dalam saat itu luar biasa bekerja keras untuk mendapatkan rezeki. Tidak sedikit yang walau pun perempuan, merokok sambil menikmati kopi.

Fenomena itu memang paradoks, tetapi inilah kehidupan dunia. Tak selalu yang baik akan kaya. Dan, tak setiap yang jahat, akan miskin.

Satu hal yang pasti, Allah menjamin semua rezeki makhluk-Nya, bukan sekedar saya, Anda dan kita semua, sebagai manusia.

Baca Juga: Siapa Sih yang Gak Perlu Uang?

Tetapi seluruh yang bernyawa di permukaan bumi ini, mendapat rezeki dari Allah Ta’ala.

Jadi, kalau orang memahami, dia akan tenang dan senang kehidupannya, kalau mengetahui betapa dahsyatnya cara Allah membagikan rezeki kepada setiap diri.

Menjemput Rezeki

Namun, sebagai makhluk yang hidup dalam alam fana, rezeki berupa materi yang Allah berikan secara langsung memiliki batasan dan aturan.

Batasan sampai ajal. Aturannya, ya, harus kita jemput dengan cara yang baik dan maslahat.

Tidak bisa kita sebut rezeki hasil uang yang banyak dengan cara curang, apalagi bathil.

Sebab rezeki sejatinya yang menjadikan manusia hidup tenang, kuat untuk ibadah, dan selalu berpikir dan bertindak maslahat.

Ketika rezeki yang orang peroleh menjadikan hati gelisah, hati semakin buas seperti binatang predator, jelas itu bukan rezeki, itu boleh bentuk “hukuman” Tuhan karena manusia amat cinta dengan kehidupan dunia.

Namun demikian, semua orang harus antusias menjemput rezeki. Dan, sebaik-baik rezeki adalah yang kita peroleh, lalu dengan itu iman semakin kuat, takwa semakin mantap, dan kehidupan semakin tenang.

Membayar Surga

Namun, kala kita merenungkan ayat suci Alquran, orang beriman itu telah menjual dirinya untuk ridha Allah dan Allah akan memberikan surga.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111).

Artinya, sebaik-baik rezeki ialah yang menjadikan diri ini Allah beli dengan surga-Nya.

Oleh karena itu yang asli mendapatkan rezeki terbaik yang mau menjadi mujahid, orang yang bersungguh-sungguh dalam segala jenis kebaikan dalam kehidupan dunia ini.

Baca Lagi: Persahabatan Iman

Logikanya jelas, tidak ada transaksi sepasti apa yang Allah janjikan kepada insan beriman.

Itulah mengapa banyak orang sudah renta, lalu digiring ke penjara oleh KPK, karena ia tertipu janji berupa ilusi akan kekuatan harta.

Dunia memang harus kita pandang dengan tuntunan Alquran, agar diri tahu mana yang sebenarnya sumber kehidupan dan mana yang asli sumber kebinasaan, walaupun ia menjelma dalam ragam hal-hal yang menyilaukan banyak mata hati manusia.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment