Suami-istri tentu satu visi dan satu hati. Tapi benarkah seperti itu yang terjadi? Banyak suami-istri malah sering tak enak hati, sebagian berbenturan hati. Lalu apa resep jitu agar suami-istri benar-benar sehati? Perkuat komunikasi.
Ketika komunikasi bermasalah antara suami-istri maka hal itu akan menimbulkan permasalahan serius. Semakin buruk ketika masalah komunikasi tidak disadari dan semakin disepelekan.
Umumnya akan timbul buruk sangka satu sama lain. Malas memulai perbincangan. Mulai saling curiga, hingga akhirnya lebih banyak bertengkar daripada saling menguatkan dan menyayangi.
Baca Juga: Keluarga dengan Spirit Idul Adha
Akhirnya apa-apa sering salah paham, saling serang, dan tentu saj akan terpancing untuk saling merendahkan pasangan.
Dan, buruknya kalau itu terjadi pada keluarga yang telah memiliki anak, situasi itu akan menjadi pemandangan sangat buruk bagi buah hati.
Komunikasi
Mengacu pada realitas tersebut, maka satu hal amat penting menjadi pemahaman suami istri adalah tentang komunikasi. Lebih lanjut adalah Komunikasi Qaulan Ma’rufa.
Secara bahasa komunikasi berasal dari bahasa Yunani, “Communicare” yang artinya menyampaikan.
Tentu saja menyampaikan maksud dan kehendak hati, bisa berupa ide, gagasan atau pun pesan.
Seorang Everett M. Rogers memaknai komunikasi sebagai proses pengalihan ide dari satu sumber ke satu penerima atau lebih dengan tujuan agar mengubah tingkah laku.
Itu berarti komunikasi menghendaki adanya orang lain memahami apa yang menjadi gagasan, ide dan pesan dari diri sendiri agar terjadi apa yang menjadi kehendak yang diharapkan.
Qaulan Ma’rufa
Nah, suami-istri adalah pasangan. Walau pun istri sering dikenal sebagai ratu dalam rumah, tak berarti suami adalah budak. Atau sebaliknya, ketika suami kepala keluarga, tak berarti istri adalah pembantu.
Keduanya harus saling menghargai, menghormati dan memahami, sehingga bisa terus sinergis dan berlayar dengan kekuatan penuh.
Bagaimana supaya itu terwujud, inilah pentingnya Qaulan Ma’rufa (bertutur kata (berkomunikasi) dengan baik, dengan ujaran yang halus dan tentu saja menenangkan).
Qaulan Ma’rufa juga bisa diartikan perkataan yang bermanfaat, memberi tambahan pengetahuan, mencerahkan pemikiran dan tentu saja memecahkan permasalahan.
Jadi suami dan istri wajib memahami dan menerapkan konsep Qaulan Ma’rufa. Jadi ucapan-ucapannya saling menyegarkan semangat untuk saling berlomba dalam kebaikan.
Dalam Alquran itu ada pada Surah Annisa ayat ke-5. Surah Al-Baqarah ayat ke -263. Surah Al-Ahzab ayat ke-32.
Resep dari Gus Baha
Seorang suami harus hati-hati dalam komunikasi. Jangan merasa kepala keluarga terus merasa kuasa atas segalanya.
Tetap butuh kesopanan, bahkan terhadap pasangan.
Misalnya istri memiliki uang, kemudian tiba-tiba uangnya habis. Maka seorang suami jangan bertanya.
“Kemana uangnya, kok cepat habis?” Suami jangan seperti itu kata Gus Baha.
Sebab bagaimana kalau uang itu habis untuk memberi kepada orang tuanya, sekolah adiknya. Tentu itu akan membuat malu sang suami yang bertanya.
Sejauh suami tahu bahwa istrinya sholehah, maka patut memahami pilihan istrinya mengeluarkan uang adalah untuk kemaslahatan.
Pernah suatu waktu seorang suami terkejut ketika akan membayar hutang kepada kakak iparnya. Kakak iparnya mengatakan, sudah lunas. Istrimu setiap bulan membayar.
Ternyata pas suami bertanya kepada istri, jawabannya mengejutkan. “Dari setiap uang yang diberikan, hampir separuh dipakai bayar utang ke kakaknya.”
Baca Lagi: Tiga Langkah Ringan Produktif di Pagi Hari
Prinsipnya jelas dan jamak masyarakat paham, suami harus banyak memberi perhatian kepada istri, mendengarkan curhatnya, dan membantu sebagian pekerjaannya.
Istri pun juga memahami, berkata lemah lembut, antusias tehradap suami dan memberikan waktu untuk menemaninya. Lah…. kalau begitu mengapa harus ada masalah komunikasi?*