Berbicara Ramadan, orang kadang sibuk memastikan kapan Lailatul Qadar. Sebagian lagi ada yang menyisihkan waktu untuk akhir Ramadan saja. Bahkan ada yang berangkat ke Tanah Suci untuk umroh pada 10 hari terakhir Ramadan. Secara umum, itu baik. Namun, dalam Ramadan idealnya semangat itu kita nyalakan dalam segala hal.
Hal ini penting kita cermati, mengingat sebagian orang semangat menyala dalam ibadah hanya pada pekan pertama Ramadan. Makin hari, shaf shalat semakin maju. Artinya jama’ah terus berkurang.
Kita penting mengulas ini karena ibadah dalam Ramadan memerlukan waktu, stamina, konsistensi dan tentu saja lebih mendasar, memerlukan visi. Visi kita dalam Ramadan akan sangat menentukan sikap kita.
Semangat dari Mental
Mengisi Ramadan tak cukup pemahaman, pengetahuan dan teori. Tetapi sangat membutuhkan semangat yang lahir dari mentalitas.
Hal itu kita perlukan agar tak semangat membara pada awal. Namun layu membatu pada tengah dan akhir Ramadan.
Semangat dari mental akan menjadikan kita fokus bahwa puasa bukan soal menahan lapar semata. Tapi bagaimana membangun ruhiyah dengan mantap.
Dalam setahun ini, orang tak ada yang lupa bagaimana memberi makan fisik. Akan tetapi sudahkah kita berikan asupan cukup untuk ruhiyah?
Kesadaran yang menghadirkan semangat dari mental, akan membuat kita beribadah bukan karena ingin bonus pahala yang luar biasa. Tetapi memang untuk mendapat ampunan Allah, menjadi orang bertakwa.
Misalnya, kita ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka baik sekali kalau kita siapkan kebaikan sejak awal Ramadan. Kita aktifkan siang dan malam dengan berbagai macam ibadah.
Gemar Sedekah
Satu hal yang sangat utama kebaikannya adalah sedekah di bulan Ramadan.
“Orang yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang puasa, dosanya diampuni, diselamatkan dari siksa neraka. Dan mendapatkan pahala orang yang berpuasa tadi, tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (HR. Tirmidzi).
Artinya, puasa itu juga tentang kepedulian, bukan semata kenikmatan pribadi dalm ibadah. Puasa mendidik kita untuk peduli secara nyata.
Bayangkan kalau puasa itu baik, lalu kita mendapat tambahan kebaikan setara puasa dengan memberi buka puasa, apakah kita masih enggan bersedekah. Padahal, buka puasa untuk sesama, kita bisa torehkan dengan Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000.
Bahkan walaupun kita memberi buka puasa dengan sebutir kurma, itu sudah luar biasa.
Pada akhirnya, Ramadan adalah bulan kebaikan bagi setiap Muslim. Dengan apa ia akan mengisi secara konsisten, insya Allah itu pula yang akan mengangkat derajat dirinya dalam takwa dan kebaikan.
Puncaknya, Ramadan adalah kesempatan diri bersemangat luar dalam secara luar biasa dalam ibadah dan amal-amal kebaikan.*