Home Artikel Ramadan, Saatnya Memulai Perubahan
Perubahan

Ramadan, Saatnya Memulai Perubahan

by Imam Nawawi

Tema perubahan sepertinya umum orang perbincangkan. Namun, sebagian masih belum merasakan dampak perubahan. Pertanyaannya mengapa? Inilah Ramadan, momen terbaik kita memulai perubahan.

Kalau kita adalah pemimpin, maka kita harus menjadi orang terdepan yang mengadang bahaya. Begitu kandungan dari buku “Leaders Eat Last” karya Simon Sinek.

Pemimpin yang sadar, akan meningkatkan kepekaannya terhadap ancaman, peluang dan tantangan.

Tetapi pemimpin yang tidak mau berubah, ia akan menuntut orang lain bergerak dan dirinya tetap diam. Anehnya ia merasa tetap dalam kebaikan dan kebenaran.

Padahal perubahan itu nyata kalau seseorang mengambil posisi terdepan dalam segala hal kebaikan dan kemajuan.

Dalam tinjauan filsafat eksistensialisme, perubahan juga dipandang sebagai tanggung jawab pribadi. Artinya, orang yang mau berubah, hanya yang sadar akan tanggung jawabnya.

Oleh karena itu dalam Islam, semua orang adalah pemimpin. Itu maknanya, setiap orang beriman, apalagi dalam Ramadan, idealnya benar-benar siap berubah. Mulai dari mengubah kebiasaan hingga pola pikir dan sistem kesadaran.

Perhatikan dalam sejarah kehidupan Nabi SAW, semua orang yang mau berubah, benar-benar menjadi Muslim yang shaleh, produktif dan senang dengan terobosan-terobosan penting untuk kemajuan.

Perubahan Apa?

Perubahannya apa saja? Saya melihat ada tiga minimal. Pertama niat.

Niat ini adalah landasan seseorang melakukan sesuatu. Nah, ketika orang memiliki niat, ingin berubah dari tidak shalat menjadi mau tekun shalat, maka dia akan siap dan berhasil dalam agenda perubahan.

Begitupun seorang pejabat, ketika ingin tandatangannya benar-benar karena Allah, maka sebenarnya ia telah menyiapkan agenda perubahan.

Dan, mengapa kita tidak mau memiliki niat karena Allah. Sedangkan Allah itu Tuhan, Maha Pencipta dan Maha Kuasa.

Artinya, orang yang memiliki niat karena Allah, benar-benar akan mengubah orientasi hidupnya. Ia mengubah tindakan atas dasar situasi dan kondisi yang temporer menjadi karena Allah Yang Maha Kuasa.

Sederhananya siapa sadar dan mau berubah maka ia akan selamat dari membuang-buang waktu. Ia akan berhenti membuang-buang energi untuk hal yang tidak berguna. Kata Alquran, jangan jadi buih yang pasti akan hilang. Tapi jadilah yang bermanfaat, yang akan terus ada dalam kehidupan.

Menghadapi Hambatan

Kedua kita harus siap menghadapi hambatan.

Oleh karena itu, perubahan secara rasional adalah upaya untuk memahami diri sendiri, mengidentifikasi hambatan, dan secara aktif mengambil langkah-langkah untuk mencapai kemajuan yang bermakna.

Ketika kita ingin mendisiplinkan diri mengisi Ramadan dengan ibadah yang baik, mulai Tarawih hingga Tahajud, maka ketika kita sibuk dan tidak bisa melakukannya, kegelisahan akan muncul.

Gelisah itu merupakan alarm alami dalam diri yang mengingatkan kita akan agenda perubahan. Bagaimana tetap disiplin dengan agenda perubahan yang telah kita niatkan.

Evaluasi

Ketiga evaluasi. Mengubah diri akan segera orang lakukan kalau ia menyadari ada yang harus ia perbaiki dalam hidup ini.

Dengan evaluasi diri, konsistensi dalam tindakan kecil, dan dukungan dari lingkungan, perubahan akan terasa lebih mudah dan berkelanjutan. Ingat, perubahan tidak harus instan—yang penting adalah kemajuan kecil yang terus berjalan.

Jadi, mumpung Ramadan, yuk maksimalkan waktu untuk kebaikan. Mulai dari ibadah, tadarus, tadabbur, membaca buku, menulis, diskusi dan lain sebagainya.

Sebagai penguat, kita harus sadari bahwa perubahan dimulai dengan satu langkah kecil yang konsisten.

Jadi, niatkan hati untuk berbenah, biasakan diri dengan kebaikan, dan jadikan amal shaleh sebagai napas hidup kita.

Ketika kesungguhan bertemu dengan kesabaran, maka kebahagiaan dalam ketaatan akan menjadi bagian dari jiwa kita.

Secara praktis namun butuh kesabaran kita harus menjalani tahap demi tahap keberhasilan dalam perubahan.

Tahapan perubahan menuju insan yang senang pada amal shaleh adalah: pertama, tanamkan cinta pada Allah dalam hatimu.

Kedua, gantikan kebiasaan buruk dengan tindakan baik meski sedikit demi sedikit.

Ketiga, istiqomah dalam setiap langkah. Ingatlah, bukan kecepatan yang menentukan, melainkan keteguhan dalam menjalani proses.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment