Senin sore (10/3) di Ciputat, saya sharing dengan para mahasiswa dan mahasiswi yang bergabung dalam Pesmadai. Pesmadai kependekan dari Pesantren Mahasiswa Dai. Salah satu poin yang saya utarakan adalah tentang bagaimana melakukan penguatan pengembangan diri.
Hengki Irawan Setia Budi dalam buku “Pengembangan Diri” menerangkan pengembangan diri artinya proses atau kegiatan peningkatan diri. Mulai dari karakter, peningkatan sifat, peningkatan perilaku dan peningkatan kebiasaan diri.
Dengan melakukan peningkatan itu, seseorang dapat mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadikan setiap potensi diri sebagai kekuatan. Mulai dari potensi berpikir, intelektual, dan kemampuan kepribadian dan sosial.
Pendek kata, peningkatan diri mengajak kita naik satu level lebih baik dari sebelumnya. Dengan begitu jarak antara realitas dengan impian, harapan dan cita-cita menjadi semakin dekat.
Berpikir Menguatkan Diri
Secara langsung pengembangan diri mendorong seseorang memiliki kesadaran diri untuk mengetahui nilai-nilai, keyakinan dan tujuan hidup yang menjadi pedoman.
Kemudian menjadikan hidup kian terarah, semakin fokus menjalani kehidupan. Kemudian meningkatkan motivasi dalam mencapai harapan dan impian.
Oleh karena itu pengembangan diri membutuhkan kemampuan berpikir. Berpikir yang dapat menguatkan pengembangan diri.
Berpikir adalah kegiatan mental yang melibatkan kerja otak dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu artinya mengarahkan diri pada kondisi tertentu. Jadi, berpikir adalah landasan penting untuk seseorang sukses melakukan pengembangan diri.
Dalam sejarah kita bisa belajar kepada Nabi Yusuf as. Karena ia memiliki mimpi, kemudian yakin bisa mencapai mimpi itu dengan melalui ujian hidup, maka ia berpikir bahwa dirinya tak boleh putus asa.
Lambat laun, impian Nabi Yusuf as menjadi kenyataan. Dan, karena mimpi serta keyakinan teguh itu, kita dapat mengambil pelajaran bahwa berpikir adalah benteng kokoh untuk menjadikan kita tak goyah karena lelah atau godaan.
Plato memiliki definisi lebih simpel tentang berpikir. Katanya, berpikir itu adalah berbicara dalam hati.
Targetnya jelas bagaimana melakukan pengembangan ide, konsep dan penemuan yang mengarah pada pencapaian tujuan hidup.
Pengendalian
Karena setiap tujuan akan bertemu rintangan dan godaan, maka pengendalian adalah bahtera penting untuk mengarunginya dengan selamat.
Orang yang tak memiliki pengendalian diri akan terjerumus pada kemaksiatan, kegagalan dan kegelapan.
Oleh karena itu Islam mendorong kita untuk menjauhi langkah-langkah setan. Jangan mendekat apalagi mengikuti langkah demi langkah setan (QS. Al-Baqarah ayat ke-208).
Apa yang harus kita waspadai dari rayuan setan? Pertama, menganggap remeh dosa. Kedua, menganggap keburukan sebagai hal yang menyenangkan serta menganggap buruk hal yang baik.
Ini misalnya rasa malas bagi mahasiswa. Maka ia akan memandang terlambat kuliah, mengerjakan tugas dan lain sebagainya sebagai hal wajar. Kemudian rajin dan tekun belajar seperti hal yang aneh.
Temukan Diri
Jadi mulai sekarang temukanlah hal paling baik dalam diri kita. Lalu latih dan asah lalu optimalkan sampai menjadi kekuatan penting. Seperti kegemaran menulis lalu kita upayakan dengan membuat buku. Itu adalah upaya pengembangan diri yang baik sekali.
Bisa juga seperti teman saya. Ia seorang direktur tetapi dalam kondisi luang, ia menekuni dagang online. Satu sisi ia mendapat income dari kantor. Sisi lain ia mendapat tambahan income dari jualan. Bertambahlah skill dan pengalamannya.
Dengan demikian jangan bengong. Apalagi saat Ramadan. Pengembangan diri dalam hal iman juga harus kita tingkatkan.
Lebih jauh, segera temukan apa yang terbaik untuk kita lakukan. Mulai, asah, kuatkan dan jadilah pribadi yang baru dengan kualitas yang lebih baik di masa mendatang.*