Ramadan adalah bulan Alquran. Artinya ini momen terbaik membuang gelap dan mengambil terang. Ini terinspirasi dari tadabbur surah Ar-Ra’d ayat ke-16.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.” Katakanlah, “Pantaskah kamu menjadikan selain Dia sebagai pelindung, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi dirinya sendiri?” Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang dapat melihat? Atau, samakah kegelapan dengan cahaya? Atau, apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang (diyakini) dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah pencipta segala sesuatu dan Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.”
Pemahaman Terang dan Gelap
Ayat itu memberikan kita logika sistematis bagaimana menghadirkan pemahaman tentang terang (cahaya) dan gelap.
Terang adalah kondisi orang bisa melihat dengan iman. Sedangkan gelap adalah kondisi orang yang tak mampu menangkap cahaya (buta), sehingga menjadi kafir dan musyrik.
Orang yang berada dalam cahaya, adalah yang memahami Allah sebagai Rabb. Kemudian juga menyadari Allah Maha Pencipta. Tidak ada satupun pencipta langit dan bumi, kecuali Allah SWT.
Sebaliknya, orang yang gelap (buta) mata hatinya, mereka menjadikan segala hal yang tidak jelas sebagai pelindung, laksana sekutu. Padahal mereka itu tidak bisa mendatangkan manfaat dan mudharat. Bahkan sekutu-sekutu itu mereka ciptakan sendiri.
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menerangkan dalam Tafsir Al-Wajiz dengan tegas.
Katakanlah kepada mereka: “Apakah sama antara orang kafir yang tidak tahu apa-apa dengan orang mukmin yang berpengetahuan, dan apakah sama kegelapan kekufuran dan keimanan? Itu tidak sama.”
Ibnu Katsir juga memberikan penjelasan. Maka apakah sama orang yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah ini dengan orang yang menyembah Allah saja tidak ada sekutu bagiNya, sedangkan dia pada cahaya dari Tuhannya?
Syukur dan Semangat
Memerhatikan ayat itu, sungguh orang-orang yang Allah beri iman di dalam dadanya adalah orang yang melihat cahaya, mereka tidak buta.
Oleh karena itu jangan sampai mata hati ini silau kepada selain Allah. Entah itu harta, jabatan, atau apapun yang membuat hati memandang dunia lebih utama daripada akhirat. Karena semua itu hanya ciptaan. Sedangkan Allah adalah Maha Pencipta.
Kita patut belajar kepada orang-orang yang buta mata, tapi mereka tekun belajar Alquran. Mereka ikhlas menjalani hidup dengan tidak mau kalah dari orang yang bisa melihat. Sampai ada dari mereka orang-orang yang totalitas mengurusi Alquran dan orang yang belajar Alquran. Padahal mereka butuh Alquran braille.
Hanya orang-orang yang mata hatinya buta, yang memandang selain Allah itu indah dan menjanjikan. Mereka lupa atau bahkan mengingkari akhirat, sehingga mereka memilih nikmat-nikmat sesaat meski harus terus berada di jalan yang sesat.
Inilah Ramadan, momentum emas bagi kita untuk meningkatkan ketajaman mata hati dalam melihat kebenaran dan menjauhi kesesatan.*