Home Hikmah Gapai Hidup yang Indah
Mengunjungi makam adalah cara tepat menghidupkan hati

Gapai Hidup yang Indah

by Mas Imam

Betapa banyak orang mendambakan kebahagiaan namun yang terbayang dalam imajinasinya adalah kemolekan benda-benda?

Pandangan itu seakan mendapat legitimasi, karena dunia modern adalah aktualisasi materialisme melalui industrialisasi yang membombardir ruang privasi sekalipun dengan ragam tawaran iklan.

Akibatnya, manusia pun dipandang cantik dan menarik kala dari tampilan wajah menawan. Soal hati, siapa yang peduli?

Islam justru membalik pandangan materialistis tersebut ke ruang-ruang hakikat hidup itu sendiri. Hidup yang indah ternyata bukan pada kemegahan benda, melainkan kemuliaan akhlak.

Baca Juga: Diskusi Online dengan Anak Muda Polewali Mandar

Rasulullah SAW itu bukan orang yang meninggalkan warisan berupa istana dan gedung menjulang, tapi manusia-manusia berakhlakul karimah. Tahu apa dampaknya, laju pembangunan manusia tidak terhenti oleh apapun.

Sekarang, saat manusia berlomba-lomba dari sisi materialisme, apa yang terjadi? Kerakusan dimana-mana. Semakin kaya orang  semakin rakus. Semakin tinggi gelar pendidikan orang semakin takut dengan kemiskinan, sehingga melacurkan intelektualnya untuk hawa nafsu.

Pengendali Diri

Lantas bagaimana dengan saat ini, dimana korupsi dan kejahatan (yang bisa dikatakan) terjadi hampir setiap hari?

Kunjungilah orang yang sebenarnya benar-benar hidup terus

Kunjungilah orang yang sebenarnya benar-benar hidup terus

Silakan kalau tertarik mengikuti mereka yang katanya cerdas, kaya, dan berpangkat melakukan keburukan moral itu. Tapi satu hal yang pasti, kematian adalah niscaya.

Kematian bagi orang beriman adalah hal yang dipersiapkan. Ia tidak ketakutan dengan kepastian hidup itu. Tetapi, bagi orang yang banyak melakukan perbuatan dosa, merugikan orang lain, dan kerap menciptakan huru-hara, kematian adalah neraka.

Dalam kata yang lain, bertanya tentang apa dan bagaimana setelah kematian tiba, itu akan mengendalikan seseorang dari bertindak semena-mena, terbebas dari tekanan batin yang tidak perlu, serta optimis dalam himpitan masalah dalam kehidupan fana ini.

Rasulullah SAW bersabda, Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi).

Mengunjungi orang yang Hidup Terus

Betapa banyak orang menganggap makam adalah tempat orang yang pernah hidup di dunia? Itu tidak salah. Namun itu tidak sempurna.

Pandangan yang sebenarnya adalah setiap yang di dalam makam atau kuburan, mereka hidup dan menerima konsekuensi dari amal perbuatannya.

Baca Juga: Nikmatnya Menguliti Diri Sendiri

Oleh karena itu sering berkunjung ke tempat orang yang hidup terus di alam barzakh adalah bagian amal yang dianjurkan dalam Islam. Bukan tanpa maksud, amalan ini benar-benar memberi dampak langsung bagi pelakunya.

Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun kalian jangan mengatakan perkataan yang tidak layak saat berziarah.” (HR. Hakim).

Jadi, kalau diri benar merasa hidup, maka berkunjunglah ke tempat orang yang hidup terus alias telah dimakamkan.

Tentu setiap jiwa saat ini punya orang dekat yang telah dimakamkan, mulai dari orangtua; ayah dan ibu, keturunan, keluarga, dan lain sebagainya. Kunjungilah setiap ada kesempatan untuk berkunjung.

Penuturan Ibrahim bin Adham

Sebagai peringatan, menarika apa yang disampaikan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Al-Munabbihat. Di sana ia bercerita tentang Ibrahim bin Adham yang ditanya soal dirinya hingga mencapai tingkat zuhud.

Ibrahim bin Adham menjawab. Pertama, “Kubur itu menakutkan, sedangkan aku tidak punya sesuatu yang dapat menyelamatkan.”

Kedua, “Aku melihat perjalanan menuju akhirat sangat jauh, sementara aku tidak punya bekal.”

Ketiga, “Aku meyakini Allah SWT Maha Perkasa sebagai hakim, sedangkan aku tidak punya argumen apa-apa.”

Sekiranya para pemimpin negeri ini mengingat mati, mustahil mereka akan memilih tertawa dengan korupsi. Sekiranya mereka mengerti hakikat hidup, tidak mungkin mereka akan mudah berjanji dan terkekeh-kekeh kala tidak menepatinya. Sekali lagi tidak mungkin.

Jika kemudian semua yang harusnya ada pada diri sosok pemimpin tanggal, terlucuti, entah secara sadar maupun tidak, sehingga kejahatan dipandang sebagai jalan menuju keindahan, boleh jadi ia telah kehilangan ruh yang menjadikan akal dan hatinya mati sebelum jasadnya dikuburkan. Na’udzubillah.

Mas Imam Nawawi_Penulis Hikmah Energi Langit dan Bumi

Related Posts

Leave a Comment