Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Qurban, Garis Lurus Kesadaran Habil Hingga Ismail

Ibadah qurban identik dengan kebahagiaan. Hal ini karena dalam ritual qurban akan ada penyembelihan hewan, baik berupa sapi atau kambing. Bahkan unta kalau di Timur Tengah. Namun, lebih dari fenomena itu, dalam qurban ada dua generasi hebat. Yakni Habil dan Ismail. Keduanya menyadarkan kita tentang apa sejatinya qurban itu. Habil adalah putra Nabi Adam as. […]

Qurban

Ibadah qurban identik dengan kebahagiaan. Hal ini karena dalam ritual qurban akan ada penyembelihan hewan, baik berupa sapi atau kambing. Bahkan unta kalau di Timur Tengah. Namun, lebih dari fenomena itu, dalam qurban ada dua generasi hebat. Yakni Habil dan Ismail. Keduanya menyadarkan kita tentang apa sejatinya qurban itu.

Habil adalah putra Nabi Adam as. Ia menyerahkan qurban kepada Allah dengan dasar takwa. Maka saat Qabil, yang menyerahkan qurban tidak berdasar takwa, Allah pun menolak.

Sayang Qabil tidak mampu melihat dengan jernih. Hawa nafsunya membakar kesadaran dan rasionalitasnya.

Menyadari fakta qurbannya ditolak oleh Allah, Qabil marah. Ia berkata kepada Habil, “Akan kubunuh engkau”.

Habil dengan tenang menjawab. “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27).

Qurban Melatih Sabar

Waktu bergulir, generasi berganti, tibalah kita pada masa Nabi Ismail as. Substansinya sama, tentang qurban.

Setelah bermimpi bahwa Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Nabi Ismail. Ayah para Nabi itu pun mengajak dialog Ismail.

Tak terduga, Ismail yang masih belia merespon dengan kalimat luar biasa.

“Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102).

Ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa orang yang mau berqurban adalah yang jiwanya mau bersabar. Sabar dalam taat kepada Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, garis lurus dari Habil ke Ismail soal qurban intinya dua. Pertama, takwa. Kedua, sabar.

Teladan Pemuda Masa Depan

Kisah Habil dan Nabi Ismail patut menjadi teladan bagi kaum muda yang akan membentuk masa depan umat, bangsa dan negara.

Melalui momentum qurban kita dapat menangkap bahwa Allah ingin melihat anak muda hari ini. Adakah pemuda yang ingin meningkatkan takwanya. Lebih jauh juga berharap menjadi pribadi yang teruji kesabarannya.

Jika ada pemuda yang seperti itu, maka rumah-rumah, keluarga-keluarga umat Islam artinya telah sukses membangun generasi. Jadi ibadah qurban bisa juga menjadi momentum kita mengevaluasi, apakah kita telah mendidik anak-anak kita siap taat, siap takwa, bahkan siap sabar dalam keimanan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *