Home Artikel Qatar Bagus atau Jelek?

Qatar Bagus atau Jelek?

by Imam Nawawi

Kalimat interogatif Qatar bagus atau jelek adalah penting bagi kita. Hal ini seiring dengan posisi Qatar selaku tuan rumah piala dunia 2022. Ada beberapa kontroversi yang memberikan kesan bahwa Qatar tidak bagus sebagai tuan rumah.

Namun ada juga yang mengapresiasi bahwa Qatar luar biasa dalam penyelenggaraan piala dunia 2022. Lalu mana yang tepat sebenarnya?

Menurut sebuah media Qatar melakukan kontroversi (baca jelek) ketika membuat kebijakan larangan penjualan bir menjelang piala dunia pergulir.

Entah sejak kapan meminum bir itu dianggap sebagai sebuah kebaikan?

Untuk masyarakat Barat meminum bir mungkin hal biasa. Tetapi bagi umumnya bangsa Asia apalagi kalau beragama Islam, bir adalah minuman yang sangat tidak direkomendasikan.

Selain bukan menjadi budaya, secara medis meminum minuman mengandung alkohol jelas tidak sehat. Apakah karena Qatar tidak menyediakan bir Qatar menjadi negara yang jelek?

Jadi dalam konteks ini kita perlu berpikir ulang bahwa stigma yang menimpa Qatar tidak seutuhnya betul-betul sebagai sebuah fakta kebenaran. Justru kita bisa mempertanyakan mengapa ada orang memandang Qatar jelek hanya karena tidak menyediakan bir?

Baca Juga: Mesut Ozil Viral di Istiqlal

Justru kita harus memberikan apresiasi kepada kapten sekaligus kiper Timnas Prancis Hugo Lloris yang memilih memberikan hormat atas keputusan tuan rumah, Qatar.

“Ketika kita di Perancis saat kamu menyambut orang asing kami sering ingin mereka mengikuti peraturan kami untuk menghormati budaya kami dan saya akan melakukan hal yang sama saat saya pergi ke Qatar cukup sederhana,” ungkap pria 35 tahun itu.

Hugo Lloris bahkan menambahkan, “Saya bisa setuju atau tidak setuju dengan ide mereka tapi saya harus menunjukkan respek.”

Toleransi

Apabila benar seperti itu, maka siapapun yang memaksa Qatar untuk menerima semua budaya yang bukan milik Qatar berlaku selama piala dunia adalah sebuah tindakan yang kita bisa sebut intoleran.

Negara-negara Barat sudah selayaknya memberikan toleransi atau respect atas apa yang menjadi keputusan Qatar berdasarkan budaya masyarakat dan rakyatnya.

Tetapi apa yang menjadi aksi dari Timnas Jerman (menutup mulut sebelum laga melawan Jepang) menunjukkan bahwa sikap toleran itu masih belum seutuhnya bisa mereka tampilkan.

Padahal alam pergaulan internasional seharusnya setiap negara itu bisa setara. Satu sama lain saling menghargai. Tidak kemudian karena merasa maju secara ekonomi lalu berhak mengatur negara manapun sesuai dengan keinginannya.

Menghargai perbedaan adalah satu kunci untuk satu sama lain saling mengenal, saling menghargai dan tentu saja mewujudkan persaudaraan global. Semoga dengan kasus yang terjadi dalam piala dunia Qatar 2022 masyarakat global bisa melihat secara lebih kritis dan konstruktif.

Superioritas Qatar

Sebagai negara muslim pertama yang mendapat kepercayaan menyelenggarakan piala dunia tentu Qatar ingin menampilkan dirinya secara utuh.

Oleh karena itu segala sikap dan peraturan yang menjadi ketetapan dalam penyelenggaraan piala dunia merupakan satu sikap penting yang harus kita hargai.

Qatar ingin memberikan warna dan suasana baru dalam penyelenggaraan piala dunia itu adalah hal yang wajar. Posisinya sebagai tuan rumah hendaknya tidak membuat tamu gerah. Semua negara yang datang ke Qatar untuk memenangkan piala dunia adalah tamu dan mereka harus bersikap hormat.

Baca Lagi: Saudi dan Jepang Jadi Tanda Kebangkitan Asia

Jadi penyediaan tempat wudhu dan tempat shalat untuk muslim yang ingin beribadah, termasuk muadzin adalah bagian daripada cara Qatar menghargai tamu yang datang ke negaranya. Adapun tamu yang memang bukan muslim maka dia tidak perlu mempermasalahkan itu. Sebab itu semua memang Qatar sediakan untuk mereka yang membutuhkan bukan yang tidak membutuhkan.

Dalam kata yang lain kata tidak sedang memaksa seluruh pengunjung piala dunia untuk shalat sebagaimana muslim.

Jika kemudian kabar yang menyebutkan bahwa banyak orang masuk Islam karena datang ke Qatar pada saat piala dunia maka hal itu adalah wujud dari suhu prioritas Qatar.

Mereka masuk Islam bukan karena negara Qatar memaksa, tetapi karena para pengunjung melihat fakta dan keindahan yang merasuk ke dalam jiwa sehingga mereka memutuskan untuk menjadi muslim.

Jadi mari berpikir secara aktif, mengedepankan aspek rasio, dan berhenti bernarasi tanpa bukti.*

Mas imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment