Home Kajian Utama Proses Menjawab Harapan
Proses Menjawab Harapan

Proses Menjawab Harapan

by Imam Nawawi

Proses menjawab harapan. Itu adalah semangat yang KH. Abdurrahman Muhammad tekankan kepada segenap kader dalam sebuah sesi acara dengan tema “Optimalisasi Peran Halaqah Menuju Sukses Silatnas 2018.”

“Ini peristiwa luar biasa, pak. Ini spiriti yang harus ditangkap. Karena tidak mungkin, harapan-harapan besar itu sampai tanpa sebuah proses seperti ini,” tegasnya.

Baca Juga: Menikmati Aktivitas Kebaikan

Proses yang beliau maksud ialah segenap sistem pesantren dan perkaderan yang berlangsung selama ini, termasuk adalah halaqah, kerja bakti dan segenap aktivitas jama’i (kerja bakti) untuk kepentingan umat, yang semua itu kini terangkum dalam istilah “Jati Diri.”

Hal-hal seperti itu tidak mungkin orang lakukan kecuali hati terbuka, jiwa sadar, bahwa diri harus bisa menjadi pribadi yang penuh manfaat. Bukan pribadi yang suka berpangku tangan.

Terlebih tantangan selalu datang, tugas dakwah dan tarbiyah tak pernah bertemu garis finish.

“Ustadz Abdullah Said berkata, jangan ada yang tenang-tenang (saja) disini. Kalau tidak ada pekerjaan, bongkar lagi yang sudah ada. Itu supaya semangat gerak kita on terus, menggelegar, jangan ada waktu kosong,” KH. Abdurrahman Muhammad mengenang spirit dari sahabat dan gurunya itu.

Maknanya terus aktif bergerak, berkarya dalam satu sistem kepemimpinan yang telah membudaya di lembaga perjuangan, Hidayatullah.

Karakter Pejuang

Apa yang KH Abdurrahman Muhammad sampaikan sejatinya adalah bentuk dari karakter pejuang Islam.

Persis yang Muhammad Iqbal sampaikan, “Jiwa manusia tak mau diam itu selalu mengembara dari negara Islam satu ke negara Islam lain.”

Terus mencari, memberi, menghimpun bekal. Dan, sebaik-baik bekal adalah takwa. Salah satu karakter takwa itu memberi.

Memberi tak harus uang, tetapi apa yang kita cintai. Waktu misalnya, betapa sangat mahal.

Orang yang mau mengurus dakwah dan tarbiyah umat, saat ia punya waktu untuk menghimpun kekayaan misalnya, membangun karir atau apapun, ia relakan demi kekuatan umat, maka itu juga memberi.

Hasan Al-Banna pernah berkata, “Kebahagiaan kita tidak terletak pada harta, tidak pada penampilan diri, tidak juga pada gemerlap perhiasan dan keindahan dunia. Ukuran kebahagiaan terkait erat pada hati dan ruh manusia yang mendamba ridha Tuhannya.”

Itulah sosok Umar bin Khattab. Ia pemimpin hebat, tapi tak pernah merasa capaiannya menghimpun ghanimah dalam jumlah besar sebagai kesuksesan luar biasa. Karena sukses paling hakiki adalah menjadi insan bertaqwa.

Tak Pernah Senyap

Oleh karena itu kalau kita melihat Gunung Tembak, yang sekarang kita kenal Ummul Qura, akan kita temukan bagaimana denyut pergerakan terus terjadi. Tak pernah senyap, walaupun tengah malam.

Baca Lagi: Profil Alumni Ramadhan Menurut KH. Abdurrahman Muhammad

Tengah malam para santri telah siap di masjid untuk Qiyamul Lail. Aktivitas taqarrub itu berlanjut hingga Shubuh, terus hingga matahari terbit.

Kalau hari Sabtu dan Ahad, maka warga dan santri bergegas untuk kerja bakti. Dan, menariknya, menjelang waktu sholat, semua serempak bersiap untuk sholat berjama’ah.

Begitulah Ustadz Abdullah Said memperagakan apa itu semangat juang. Hidup jangan ada waktu kosong. Dan, itulah yang terus KH. Abdurrahman Muhammad jaga dan kuatkan dalam sistem kesadaran segenap kader.

Ingat pesan beliau. Tidak ada harapan-harapan besar bisa kita capai. Tanpa proses melatih diri menjadi seorang pejuang yang tulus dan ikhlas. Itulah sunnah kehidupan ini.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment