Menyusul berita anak 11 tahun yang meninggal dunia usai depresi karena mengalami perundungan dari teman-temannya, Presiden pun berikan perhatian tegas. Presiden Joko Widodo berpesan tegas jangan sampai terjadi lagi perundungan pada anak.
Dalam puncak peringatan Hari Anak Nasional di Taman Teijsmann, Kebun Raya Bogor (23/7/22) Presiden Jokowi menegaskan hal itu. Presiden mengignatkan seluruh pihak untuk menjaga anak-anak secara bersama-sama dari perundungan, terutama orangtua, pendidik, sekolah dan masyarakat. Seperti rilis Republika.
Baca Lagi: Peniadaan Jurusan di SMA, Apakah Menarik?
Pada kesempatan peringatan yang bertema “Anak Terlindungi Indonesia Maju” itu, Presiden Jokowi juga mendorong agar anak-anak juga senang membaca buku.
Makna
Ketika seorang Presiden RI beri perhatian kepada masalah ini pada Hari Anak Nasional maka itu tanda jelas bahwa negara ingin anak-anak ke depan lebih baik kehidupannya.
Jangan ada lagi perundungan, berarti mengajak semua unsur mencegah dan mengatasi perundungan anak dengan sebaik-baiknya.
Tentu perkara ini memang tidak mudah untuk mengatasinya. Terlebih kadangkala budaya olok-mengolok saja tidak terjadi pada anak-anak semata. Kadang ada cekcok bahkan tindakan membunuh karena olok-olokan pada kalangan orang dewasa.
Semua Menanggung
Andri Priyatna dalam buku “Lets End Bullying” menerangkan bahwa bullying adalah problem yang semua pihak harus menannggun dampaknya. Baik itu pelaku, korban atau pun yang menyaksikan.
Andri mengutip hasil riset bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia mengaku pernah mengalami bullying.
“Baik itu di sekolah, di lingkungannya, ataupun online. Begitu pun sebaliknya – satu dari tiga anak mengaku pernah melakukan tindakan bullying pada kawannya.
Pada zaman semodern ini, ternyata perundungan masih jadi problem kehidupan umat manusia, terutama anak-anak. Tidak menggembirakan, tapi inilah fakta.
Dampak
Bullying memberi dampak serius. Peristiwa meninggalnya anak karena bullying sebelumnya sudah cukup terang bagaimana dampak itu menjalar hingga ke psikis dan kesehatan bahkan nyawa.
Namun secara umum anak korban bullying akan mengalami dampak serius meliputi beberapa hal ini.
Seperti cemas, merasa sendiri (kesepian), rendah diri, tingkat kompetensi sosial yang rendah, depresi, simptom psikomatik, penarikan sosial, keluhan pada kesehatan fisik, pergi dari rumah, terjerembab pada alkohol dan obat, bunuh diri dan penurunan performansi akademik.
Rekomendasi Strategis
Kita tentu berharap sebagaimana Presiden Jokowi punya pesan tegas itu. Namun bagaimana langkahnya?
Hemat penulis, pendidikan adab dan akhlak harus menjadi arus utama pendidikan bangsa ini. Termasuk bagaimana lingkungan menerapkannya dengan baik.
Bahkan kalau perlu media masa, sudah saatnya tidak lagi menampilkan berita yang isinya hanya soal bantah-membantah dan pertengkaran yang tak sepatutnya masuk ruang publik yang anak-anak juga ada di sana.
Termasuk adab dalam media sosial, satu sama lain jangan ada lagi baku balas komentar dengan kalimat atau pun diksi-diksi yang saling menjatuhkan.
Baca Lagi: Viral Laptop Merah Putih
Perilaku itu kalau kita mau timbang pakai Pancasila, jelas tidak baik. Lebih-lebih kalau menurut Islam, itu sangat-sangat tidak baik. Tapi apakah bisa anak-anak selamat dari perundungan saat orang dewasa (utamanya pada ruang media sosial) justru tidak menampilkan teladan kebaikan?*