Mas Imam Nawawi

Menjadi pahlawan tentu tidak harus kita jadikan ambisi. Tetapi ingin menjadi pribadi yang bermanfaat bagi seluas-luas manusia, itu yang harus menyala sebagai cita-cita
- Artikel

Prabowo Dilantik Kami Bicara Kepahlawanan

Indonesia kini telah memiliki presiden baru, Prabowo Subianto. Sebelum itu saya dan santri At-Taqwa Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat melakukan diskusi tentang kepahlawanan (19/10/24). Saya ambil teori kepahlawanan dari pandangan Buya Hamka dalam buku “Pribadi Hebat”. Para pahlawan adalah sosok yang berani mengambil tanggung jawab keumatan, kemasyarakatan dan kerakyatan. Oleh karena itu, tidak banyak orang […]

Indonesia kini telah memiliki presiden baru, Prabowo Subianto. Sebelum itu saya dan santri At-Taqwa Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat melakukan diskusi tentang kepahlawanan (19/10/24).

Saya ambil teori kepahlawanan dari pandangan Buya Hamka dalam buku “Pribadi Hebat”. Para pahlawan adalah sosok yang berani mengambil tanggung jawab keumatan, kemasyarakatan dan kerakyatan.

Oleh karena itu, tidak banyak orang yang mau menjadi pahlawan. Karena pada umumnya manusia hanya ingin menikmati hidup untuk kesenangan pribadi, paling banter ia ingin keluarganya aman sampai 7 turunan. Dia tidak memiliki keinginan membahagiakan umat manusia.

Lihatlah para Nabi dan Rasul, jumlahnya memang tidak banyak, tapi nilai dan kualitas manusia setara dengan sebanyak-banyak jumlah manusia. Mereka memang 24 jam hanya ingin satu hal, keimanan yang tumbuh dalam diri setiap orang. Hidup dengan akhlak dan nilai-nilai kemuliaan.

Pembelajar

Menjadi pahlawan tentu tidak harus kita jadikan ambisi. Tetapi ingin menjadi pribadi yang bermanfaat bagi seluas-luas manusia, itu yang harus menyala sebagai cita-cita.

“Aku rela dipenjara asal bersama buku,” begitu Bung Hatta berujar. Hal itu menandakan bahwa demi Indonesia merdeka ia tidak takut dengan segala risiko perjuangan. Bahkan kalu harus hidup dalam penjara penjajah sekalipun. Satu tekadnya adalah terus bersama buku.

Dalam kata yang lain, kaum muda, terutama para santri harus punya tradisi membaca buku. Karena orang yang gemar membaca buku dengan landasan iman, akan bagus berpikirnya, bicaranya dan tentu saja tindakannya.

Baca Juga: Iman Kunci Keberhasilan

Mulailah untuk menjadi pembelajar. Kemudian jangan takut hidup di atas keimanan, idealisme dan gagasan. Mungkin tidak banyak harta bisa dikumpulkan, tapi nilai diri akan terus memberi cahaya kepada generasi demi generasi.

Bersihkan Pikiran

Para pahlawan adalah orang-orang yang berharga sepanjang masa. Semua itu karena mereka terus membersihkan pikiran-pikirannya dengan keimanan dan idealisme.

Kalau Bung Hatta mau hidup nyaman secara materi, ia cukup tunduk saja pada Belanda, pasti akan bagus posisi, kedudukan dan tentu saja kekayaannya. Akan tetapi itu bukan pilihan orang yang selalu membersihkan pikirannya.

Bagaimana membersihkan pikiran? Tentu dengan mengasah iman, menajamkan reasoning dan meyakini nilai-nilai kebenaran.

Sekalipun diskusi kami singkat dan berada di ketinggian gunung di Bandung Barat, saya yakin Prabowo memahami bahwa menjadi pahlawan memang seperti itu.

Saya hanya bisa berdoa santri ini kelak bisa memimpin negeri. Kemudian Pak Prabowo dari hari ini sebagai Presiden RI benar-benar menyiapkan generasi emas Indonesia, terutama dari kalangan santri. Seperti kata para santri, pahlawan itu menyelamatkan, pahlawan juga pemberani. Dan, pahlawan itu melindungi segenap rakyat Indonesia.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *