Home Artikel Pra Kemerdekaan Pemuda Militan, Sekarang?
Pra Kemerdekaan Pemuda Militan, Sekarang?

Pra Kemerdekaan Pemuda Militan, Sekarang?

by Imam Nawawi

Bicara masa pra kemerdekaan kita akan temukan begitu cukup profil pemuda yang memiliki militansi tinggi. Lalu bagaimana dengan saat ini?

Kita mulai dari kehidupan Bung Karno. Ia pernah menuturkan perihal bagaimana militansinya sebagai pemuda tumbuh.

“Beliau (HOS Cokro Aminoto) membangun sisi spiritual dan kepercayaan diri yang kuat, termasuk nilai-nilai keagamaan yang ada dalam diriku. HOS juga mempertajam nilai-nilai yang kupelajari dari orangtuaku. Beliau juga memberikan pencerahan dan semangat baru.” (lihat buku “Soekarno The Leadership Secrets of” karya Argawi Kandito).

Kisah itu memberikan sebuah keterangan bahwa Soekarno adalah pembelajar. Ia bahkan sangat baik dalam memahami hal penting dari penjelasan sang guru. Bahkan ia tahu bagaimana menerapkan ilmu yang telah ia terima dari sang guru untuk menjadi satu hal yang terus menghadirkan semangat baru.

Baca Juga: Menyinggung Optimisme Kaum Muda

Soekarno memang pembelajar sejati, apa saja ia pelajari. Mulai dari kehidupan, kepemimpinan, spiritual, strategi dan beragam hal lainnya, termasuk diplomasi dan politik.

Gadget

Sosok Soekarno adalah representasi pemuda pra kemerdekaan yang sangat tinggi militansinya dalam kehidupan.

Pernahkah kita bayangkan, kala Soekarno belajar itu ditemani pendingin ruangan. Tidak ada itu. Indonesia belum memiliki listrik, apalagi laptop seperti saat ini.

Tetapi begitulah, mereka yang memiliki militansi tinggi tidak akan pernah terhambat, terhalang, oleh situasi dan kondisi yang tidak “mendukung.”

Kisah sejarah itu menjadi tantangan kalau kita mau gunakan membaca pemuda saat ini. Sebuah riset menyebutkan bahwa orang dengan usia 15-25 tahun lebih sering menggunakan gadget.

Bagaimana mereka menggunakannya? Belum ada riset lanjutan. 

Akan tetapi kita bisa mengambil satu asumsi, bahwa sebagian lebih bersifat pasif (menonton dan scoll media sosial) daripada yang bersifat aktif. Aktif pun belum tentu edukatif dan produktif, apalagi menghasilkan prgresivitas bagi pemuda lainnya.

Dari fakta itu kita pun telah melihat satu kultur yang kontras. Masa lalu mereka yang punya militansi akan menggunakan segenap daya (termasuk uang) untuk intelektualitas dan semangat berjuang. 

Hari ini bisa kita sebut segenap daya akan terseret pada pola hidup senang-senang. Sedikit yang mau membeli apalagi membaca buku.

Langkah

Sebagai ikhtiar kecil Pemuda Hidayatullah menyiapkan student talk dengan tema “Membidik Militansi dan Progresivitas Pemuda Masa Kini.”

Membidik militansi artinya coba memberikan penekanan mendalam, serius dan berkelanjutan pada jiwa dan kesadaran kaum muda untuk menjadi manusia yang tangguh.

Tangguh maksudnya mau berlelah-lelah demi membangun diri untuk jadi pribadi bermanfaat bagi semua, bangsa, agama dan negara. Dalam hal ini kalau memang pelajar, mahasiswa, maka ilmu harus jadi arus utama dalam 24 jam kehidupan.

Baca Lagi: Adakah Pahlawan Hari Ini?

Jika telah memasuki dunia kerja, maka profesionalisme, akuntabilitas harus menjadi karakter yang melekat dalam diri pemuda.

Jadi, pemuda masa kini tetap punya gairah untuk maju, menang dan mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Pemuda seperti itulah yang sekarang dan nanti bangsa ini nanti-nantikan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment